Pagi yang indah di Panti Asuhan Seanhill. Banyak anak berlarian ketika sebuah mobil berhenti di depan panti. Entah donatur atau orang yang ingin mengadopsi anak yang datang. Terlihat secerca harapan di wajah anak-anak panti.
Mereka semua bergegas berkumpul di ruang tengah dengan antusias. Ya, mereka semua, kecuali gadis berusia tujuh tahun yang bernama Rose.
"Ah, aku ingin sekali diadopsi," ucap seorang gadis cilik bernama Ceacil.
"Kenapa kamu sangat minat pergi dari panti? Bukankah di sini sudah menyenangkan?" Rose bertanya pada Ceacil.
"Anak cupu sepertimu tak akan mengerti," ucap Ceacil sambil lalu.
Rose memang gadis yang pendiam. Sebenarnya dia gadis yang periang, tetapi karena banyak yang iri padanya, akhirnya Rose tak banyak bicara. Bahkan sekarang anak panti menjulukinya dengan anak cupu.
Ternyata ada empat donatur yang datang ke panti. Mereka menyampaikan akan ada acara ulang tahun dirayakan bersama anak panti. Tentu saja donatur mengajak beberapa orang dewasa lainnya yang berminat mengadopsi anak panti.
"Anak-anak duduk yang tenang ya. Kalian harus menjaga sikap. Hari ini akan ada pesta ulang tahun di sini dan beberapa dari mereka mencari anak angkat. Bagi yang paling bersikap manis, kan segera dapat papa mama," ucap kepala panti.
Rose hanya memandang dengan tatapan kosong. Dia tidak tertarik dengan hal itu. Seperti bualan saja semua perkataan kepala panti.
'Sikap manis? Anak angkat? Huh! Kenapa kepala panti selalu berbohong? Bahkan aku berusia tujuh tahun saja paham. Mereka hanya mengambil anak yang menurutnya lucu,' batin Rose kesal.
Entah mengapa teman-teman Rose selalu percaya kata kepala panti. Mereka berlomba-lomba menjadi yang terbaik ketika ada donatur atau orang yang mencari anak angkat. Rose merasa muak dengan hal itu.
Persiapan pesta ulang tahun pun sudah selesai. Tamu para donatur pun berdatangan. Mereka senang dengan anak-anak panti yang ceria.
"Astaga, apakah kami seperti anak anjing di toko? Terlihat bahagia ketika ada orang datang hendak membeli," gerutu Rose saat teman-temannya mencari perhatian pada tamu yang datang.
"Hey, mereka kan temanmu?" Ucap seorang anak lelaki membuat Rose terkejut.
"Uhm, iya. Tapi mereka bukan teman sesungguhnya. Kami hanya bernasib sama tinggal di tempat ini," ucap Rose dengan santai.
"Namamu siapa? Aku Brian. Lihat di sana adalah Mama Papaku," tangan Brian terulur kepada Rose.
Rose menjabat tangan Brian dengan erat, "namaku Rose. Oh, syukurlah. Kukira kamu anak panti baru. Hahahaha ... Aku tak akan kuat jika harus berbagi kamar lagi dengan orang baru."