BAB 3
Matahari pagi mulai muncul dari persembunyiannya. Perlahan naik membawa sinar nan menyilaukan mata. Gadis kecil itu sudah terbaring hampir seminggu di ICU. Kondisinya mulai membaik karena perawatan di rumah sakit begitu detail.
Tangan mungilnya mulai bergerak, menandakan respon kehidupan. Perawat pun datang dan memanggil dokter. Rose benar-benar sendirian.
"Dokter, gadis itu sudah sadar," ucap perawat bergegas melihat kondisi Rose.
"Nak, apa yang kamu rasakan," tanya dokter sambil mengecek detak jantung dan nadi Rose.
Rose membuka mata perlahan, memandang sekitarnya dengan penuh tanda tanya. Mencoba mengingat kejadian sebelumnya, rasanya sulit dan kepala mulai terasa sakit.
"Aku di mana?" ucap lirih gadis kecil yang mencoba mengingat kejadian sebelumnya tapi tak bisa.
"Tenang, Nak. Kamu berada di rumah sakit," jawab dokter.
"Rumah sakit?"
"Nak, siapa namamu?" perawat pun memberi pertanyaan kepada Rose.
"Rose," jawabnya singkat.
"Wah, nama yang bagus. Rose ingat apa sesuatu?"
Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. Bahkan dia tak tahu berapa lama memejamkan mata. Dia hanya ingat namanya Rose. Tak lebih dari itu.
***
Tiga hari kemudian, Rose sudah sehat dan dinas sosial mengantarkannya ke Panti Asuhan Mother of Love. Terlintas sesuatu hal di kepala Rose. Seakan teringat sesuatu tetapi sangat sulit mencernanya. Bagaikan sempalan cuplikan film yang melaju memenuhi pikirannya lalu seketika menyurut dan hilang. Dia memegang keningnya, terasa nyeri.
"Dek, kamu baik-baik saja?" Seseibu yang menerimanya di panti.
"Pusing, Bu," lirih Rose.
"Istirahat dulu, ya. Ibu harap Rose senang di sini dan lekas sembuh," ucap ibu panti yang sabar dan penyayang.