“Hanina?” tanya ibunya Doni heran. Alisnya saling bertaut, ada gurat kecemasan bercampur malu dari sorot matanya.
“Saya yang bernama Dewi, Bu.” Dewi mengacungkan jarinya, sembari senyum memamerkan barisan giginya. Pagi itu Dewi dan Hanina mencari sarapan berdua.
Ibunya Doni berpikir sejenak mengingat sesuatu. “Tapi, waktu awal-awal kuliah apa itu? yang pakai setelan hitam putih, Mbaknya pakai kalung tulisannya Dewi, saya yakin benar,” selidik ibunya Doni.
Hanina tertawa lepas, gigi taring miliknya menambah senyumHanina manis sekali. Rayyan mungkin tidak bisa tidur jika melihat Hanina pagi itu.
“Oh ya, saya pakai kalung identitas miliknya Dewi, Bu. Kenalkan sekali lagi, saya Hanina dan ini teman saya, Dewi.” Hanina mengulurkan tangannya kembali.
“Saya Doni.” Doni menyambar, menerima jabat tangan dari Hanina.
“Panggil saja, Bu Sum.”
Saat hari libur, warung Bu Sum lebih sepi dari hari biasanya. Pagi itu Hanina dan Dewi menjadi pelanggan pertama.
“Mbak Dewi, eh Mbak Hanina, masih ingat dengan Masnya?” Doni mulai cerewet. Hanina menggeleng cepat, ia enggan menjawab.
“Masnya ndak mau dibayarkan, itu uang Mbaknya masih kami simpan.” Doni cerewet tanpa peduli wajah datar Hanina.
“Ini uang yang … ” Belum selesai Bu Sum bicara. Hanina mengerlingkan sebelah matanya, ujung telunjuknya menyentuh bibir.
“Mbak Hanina kalau berangkat ke kampus pernah lihat aku duduk di depan warung sama Masnya?” selidik Doni macam detektif. Ia ingin tahu segala hal. Tak hanya dengan birunya warna laut, ia lebih penasaran dengan gadis yang menjelaskan warna laut.
Hening tak ada jawaban. Wajah ramah Hanina musnah, ia melipat wajahnya serius. Mengamati tangan Bu Sum yang lincah membungkus pesanan. Tidak lupa memberikan karet sebagai pengikat.
“Masnya itu siapa?” celetuk Dewi penasaran.
“Wah, namanya susah diingat, Masnyalah pokoknya, Masnya ganteng, aktifis, dan kayaknya jomlo.” Doni cerewetnya semakin menjadi.
Hanina hanya diam, tapi wajah tidak bisa menipu. Ia tarik napas dalam. Ada sesuatu yang ia coba tahan. Beruntunglah Bu Sum cepat memberikan pesanannya, Hanina buru-buru kabur dari cerewetnya Doni.