I'm Ok Without You

IntifaahMochammad
Chapter #11

11. The Story About Rufaidah

Dering ponsel Novita menghentikan tangisannya, tertulis My Sibling di layar. Tanpa salam Novita langsung mengomel, “Balikin tumbler langsung aja, nggak usah acara pedekate sama Hanina. Mau mastiin tumblerku dah sampai belum?”

Rayyan terkekeh, ia memegang perutnya yang seperti diaduk, bukan lantaran geli mendengar omelan Novita, melainkan efek dari pedasnya siomay yang ia lahap bersama Hanina. Sembari menahan rasa sakit Rayyan menjawab, “Flashdiskmu masih di sini, gimana mau kuantar ke asrama Excellent?”

“Aku yang ke sana saja, selepas magrib nanti. Sekalian maum minta tugas pemrograman komputer milik Affan.” Jawab Novita enteng.

 Telepon terputus, Novita hanya mengernyitkan dahi. Jari Novita lincah mengetik, mencoba mengirim pesan, hanya centang satu. Novita melirik Hanina, ia berucap lirih, “Hanina, aku butuh tabayyun dengan kamu dan Rayyan. Ntar ikut aku ke masjid, aku butuh klarifikasi kalian.”

***

Affan menggunting pola perempuan berjilbab, dengan kaligrafi indah pada bagian kepalanya bak mahkota, ia tempeli stik es krim supaya dapat dipegang dengan nyaman. “Kaligrafimu keren, Rufaidah.” Rayyan mengeja nama yang tertera.

Script cerita untuk anak-anak sudah dibaca?” tanya Affan memastikan.

Rayyan mengangguk memantapkan, “Sudah aku hafalkan. Idemu brilliant. Kemarin malam nggak jadi cerita tentang Rufaidah?”

Affan menggeleng, ia segera bergegas ke masjid. “Sudah hampir masuk waktu magrib, aku azan dulu, Mas.” Affan pamit, tak berselang lama suara Affan menggema, mengalunkan panggilan azan.

Anak-anak kecil yang tinggal sekitar kampus, sudah bermain di halaman masjid sedari tadi. Mereka berlarian mengambil wudu, seolah semuanya tampak main-main. Tapi, betapa bahagianya mereka menyambut panggilan shalat dari Sang Pencipta.

 Usai shalat berjamaah, mereka duduk melingkar, anak laki-laki di barisan kanan, perempuan di sebelah kiri. Affan berada di tengah-tengah, mereka melantunkan asmaul husna.

“Mas, hari ini cerita lho,” ucap kapten futsal berpipi cubby yang bertemu Rayyan dan Hanina.

“Ya, Fatih, nunggu Mas Rayyan, dia masih di kamar mandi,” jawab Affan.

Rayyan datang, ia masih berdiri sembari berucap, “The Story about Rufaidah.” Rayyan menyengaja menggunakan Bahasa Inggris supaya mereka terbiasa mendengar bahasa asing meskipun sedikit.

Rayyan mengangkat kertas seperti seorang dalang memainkan wayang. Rayyan memulai ceritanya, “My name is Rufaidah binti Sa’ad Al Anshari, karena aku lahir dari suku Aslam di Madinah, orang-orang mengenalku dengan Rufaidah Al Aslamiyyah.”

Seorang anak bertanya, “Apakah Rufaidah cantik?”

“Lebih dari cantik, dia cerdas, pemberani, dan penyayang.” Rayyan menekan tiap kata yang terucap.

“Paza zaman Rasulullah, ada perang Khandaq, perang antara kaum muslim dan kafir Quraisy. Menurut kalian, apa yang dilakukan Rufaidah?”

“Ikutan perang,” jawab seorang anak perempuan yang paling kecil di antara mereka.

“Pinter, Rufaidah ikut perang dalam barisan belakang. Beliau bertugas merawat kaum muslim yang terluka saat berperang. Meskipun perang telah usai Rufaidah masih ada di tendanya, untuk mengobati para sahabat yang masih membutuhkan perawatan.” Rayyan melanjutkan bercerita.

Lihat selengkapnya