I'm sorry... Vania

moeycha ryu
Chapter #4

Mimpi buruk

 Vania membelikan baju baru ganti untuk Denis. "Nih baju buat lo."

"Emang lo punya uang?" Tanya Denis.

"Itu baju gak bermerk sih, jadi harganya pun murah. Tapi dari pada lo gak punya baju ganti." 

"Iya sih, makasih ya," Denis pun menerimanya. 

"Sama-sama. Oh iya malem ini gak masalah kan kita makan seadanya dulu?" Malam ini Vania hanya membuat nasi goreng plus telor ceplok saja, karena sudah minimnya isi dompet. 

"Besok kalau gue udah gajian, gue bakal traktir lo makan di luar, Oke."

"Gak perlu, gue udah banyak ngrepotin lo, Van. Kita makan seadanya aja udah cukup buat gue. Nanti kalau gue udah kerja, gue janji bakal ngebales semua kebaikan lo."

"Mending lo focus aja dulu sama kesehatan lo, karena selagi gue masih mampu bekerja, lo gak perlu khawatir."

Denis yang mendengar itu jadi sedikit merasa ragu akan niat awalnya. Tapi dia dengan cepat menepis semua keraguan itu. 

"Nggak Nis, lo gak boleh luluh sama semua omongan nih cewek. Inget Nis siapa dia, inget tujuan lo dateng ke sini." Kesal Denis dalam hati.


Malam pukul 01.45 dengan suasana yang begitu sunyi. Vania dan Denis telah terlelap dalam tidurnya.

"Tolong toloong dia! Tolong!!!"

Denis seketika terbangun dari tidurnya. Ia mendengar suara yang tak begitu jelas dari arah kamar Vania. Lalu ia segera menghampiri dan masuk ke dalam kamar Vania.

"Tolong! Cepat tolong dia, aku mohon cepat tolongin dia!" Dengan mata yang masih terpejam namun keringat dingin mulai membasahi tubuh Vania.

"Van bangun, Van! Vania." Dengan mencoba membangun kan Vania dari tidurnya, Denis mengusap keringat yang ada di kening Vania. 

Vania pun membuka matanya, dan seketika ia langsung terbangun. Saat ia menyadari bahwa mimpi buruk itu telah menghantuinya, ia pun tak kuasa menahan air matanya. 

Denis mencoba menenangkan Vania. "Lo pasti habis mimpi buruk ya? Mimpi apa sih sampai bikin lo ketakutan kayak gini?" 

Vania tak mampu menjelaskannya pada Denis, tapi Denis berpikir bahwa ini adalah moment yang pas untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. 

Denis mencoba lebih mendekat lagi, lalu ia mulai meraih kedua tangan Vania dan mulai menggenggamnya. Vania pun tak menolak genggaman itu.

"Coba jelasin ke gue, apa yang sebenarnya terjadi sama lo?" Dengan nada lembutnya Denis mencoba mencari tau. 

"Sebenernya gue sendiri masih bingung, Den. Itu semua nyata apa cuma sekedar mimpi," Jelas Vania yang sudah mulai berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Denis. 

"Maksudnya gimana, Van? Kejadian apa yang udah bikin lo ragu?" Tanya Denis. 

"Soal kecelakaan besar itu, gue masih ragu. Sebenarnya apa yang udah terjadi di malam itu, gue masih bingung." Tangis Vania semakin pecah dan tak terbendung lagi. 

Ungkapan itu lah yang ingin Denis dengarkan, tapi apa maksud dari keraguan Vania itu. 

"Kecelakaan besar apa yang lo maksud?" Denis mencoba untuk tetap tenang. 

"Gue pengen nolongin cewek itu, karena gue ngerasa gara-gara gue kecelakaan itu terjadi."

Genggaman tangan Denis seketika ia lepaskan. Tatapan yang tadinya penuh kelembutan, kini berubah menjadi tatapan yang penuh kebencian. 

Vania yang menyadari akan hal itu, ia merasa bahwa mungkin orang yang di depannya kini akan berpikir yang tidak-tidak tentangnya.

"Denis, lo gak?" Belum sempat Vania melanjutkan omongannya, Denis langsung bersikap dingin padanya. 

"Lanjutin tidur lo Van, biar besok gak kesiangan!" Denis segera bangun dan pergi begitu saja dari hadapan Vania. 

Lihat selengkapnya