Denis merasakan bahwa mobil itu telah menabrak sesuatu namun masih tetap melaju.
"Huahahahaaaaaa mampus deh lo."
Mendengar teriakan itu, Denis perlahan mencoba membuka matanya meskipun ia yakin akan ada ketakutan yang akan ia ketahui. Dan benar saja, dari kaca spion mobil ia melihat bahwa Bagas telah menabraknya.
Apa yang telah di lihatnya membuat Denis sangat syok dan tak mampu mengatakan apa pun. Gadis yang di bencinya kini telah terkapar menjauhi pandangannya.
"Santai aja kali Den, gue tadi cuma ngelakuin insident kecil kok, paling dia cuma luka ringan doank. Karena kalau gue tadi langsung tabrak dia sampai mati, yang ada kita gak bakal bisa nyiksa dia lagi, iya gak? Hahahaaa."
Denis rasanya sudah mulai lemas, entah apa yang sudah dia rasakan kini.
Sedangkan Vania yang kini telah terkapar tak berdaya, telah di bantu beberapa orang yang sedang melintas di area tersebut.
"Ya ampun Mbak, kita langsung ke Rumah Sakit aja yuk!"
Vania yang sangat kesakitan dan sangat merasa pusing di karenakan adanya benturan di kepala yang cukup lumayan ia alami, namun ia menolak untuk pergi ke Rumah Sakit.
"Tidak usah Bu, terima kasih. Saya gakpapa kok, " Tolak Vania yang berusaha untuk bisa berdiri lagi.
"Gakpapa gimana, Mbak, lutut Mbak aja sampai berdarah kayak gitu."
"Tapi saya harus segera pulang, lukanya biar nanti saya obati dirumah saja. Sekali lagi terima kasih lbu sudah nolongin saya."
"Mbak yakin?"
"Iya Bu, sekali lagi terima kasih."
"Ya sudah Mbak, kalau gitu lbu tinggal dulu ya! Mbak hati-hati pulangnya!"
"Iya, Bu."
Dengan sisa minum yang dibawanya, Vania mencoba membersihkan luka itu. Dengan menahan perih dan kesakitan yang amat dalam pastinya. Tak terasa air matanya kini ikut mengalir.
"Ya Tuhan, apakah ini balasan mu untuk ku? Jika memang aku telah melakukan kesalahan, maka aku ikhlas menerima semua ini."
Denis yang sudah kembali kerumah lebih dulu, ia kini sedang menunggu akan kepulangan Vania. Dengan rasa sedikit cemas, tapi nyatanya itu lah yang ia rasakan kini.
Sambil sesekali Denis melihat jam dinding yang menunjukkan hari semakin larut.
"Kenapa dia belum sampai juga? apa jangan-jangan dia?" Seketika pikiran yang tak karuan itu muncul.
Akhirnya Denis memutuskan untuk bergegas menghampiri Vania.
Saat akan hendak pergi keluar, tiba-tiba Vania kembali pulang. Sontak membuat Denis mengurungkan niatnya.
Vania yang sedikit kaget dengan kehadiran Denis di hadapannya, ia langsung berusaha terlihat baik-baik saja, menahan sakit agar Denis tidak mengkhawatirkannya.
"Apa lo baik-baik aja?" Tanya Denis.
"Iya sorry,gue kemaleman. lo udah makan belum?" Jawab Vania dengan mencoba tetap tersenyum.
Mendengar pertanyaan itu Denis merasa heran dengan Vania yang malah memikirkan kondisinya.
"Apa ada yang terjadi sampai lo pulang selarut ini?" Tanya Denis sekali lagi.
Vania terdiam sejenak dan berpikir untuk mencari alasan yang pas untuk Denis.
"Ehmmmm tadi sebenarnya ada sedikit insident kecil jadi gue sedikit pulang terlambat."
"Ya sudah gue ganti baju dulu ya, habis itu gue masakin buat makan malem kita."
Vania mencoba berjalan menuju kamarnya dengan menahan rasa sakitnya, namun sulit untuk ia lakukan.
Denis yang melihat itu menjadi sedikit merasa tak tega.
"Tunggu!" Ucap Denis.