I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #3

Aku tidak bermaksud membuatnya cemburu

Hari misi pertamaku dengan Narama tinggal sebentar lagi. Kami sudah mulai mendapat pengarahan dari para tetua. Karena ini bukan misi yang berat dan sulit, kami hanya ditugaskan berdua saja. Lea sudah berangkat kemarin. Aku tidak sempat melihatnya pergi karena harus pergi ke ruang pengarahan, menerima laporan tugas yang harus aku kerjakan di area misi. Aku menyebutnya area bencana. Karena area misiku memanglah area yang sedang terkena bencana banjir. Seluruh area padang rumput terendam air hingga 80cm. Para penghuninya harus mengungsi di pohon-pohon tinggi. Sementara area itu jarang sekali ada pohon tinggi. Juga mereka kesulitan mencari makan.

“Bukankah ini misi yang sulit?” Narama mengatupkan bibirnya, terlihat berfikir. Ia tidak ikut ke ruang pengarahan denganku kemarin, karena ia masih ada jadwal pelatihan dasar. Jadi ini pertama kali ia mendengar tentang misinya.

“Akan dikatakan misi yang sulit jika kita harus melawan monster atau makhluk ganas. Atau mungkin melawan manusia. Namun jika rintangan kita hanyalah elemen alam, itu bukan sesuatu yang sulit.” Aku menyerahkan lembar misi yang aku terima dari ruang pengarahan kemarin. Isinya adalah denah lokasi dan keadaan terakhir kali area bencana.

Narama mengamatinya, alisnya berkerut. “Inilah yang membuat penghuni Fairy realm terlihat keren.”

Aku tertawa. “Kau juga penghuni Fairy realm sekarang.”

“Baru. Aku belum keren.”

Aku tertawa lagi. Narama hanya nyengir lebar melihatku tertawa.

“Keandra belum ditugaskan?” aku bertanya sambil berjalan keluar dari bangunan pusat pengarahan dan informasi.

“Ia akan menjadi healer daratan. Aku tidak tahu apakah ia sudah mendapat misi atau belum.”

“Ia akan jadi idola.” Aku tersenyum membayangkannya.

“Iya. Ia selalu menarik. Dan ia selalu bisa membuat semua orang merasa nyaman berada di dekatnya.” Narama tersenyum saat bicara. Aku rasa ia sangat dekat dengan Keandra.

Langit mendung. Siang hari yang harusnya terik terasa lebih sejuk. Sebentar lagi akan turun hujan.

“Kau menyukainya?”

“Siapa?” aku bertanya sambil memandangi tanganku yang sudah digenggam Narama. Ia mengajakku terbang. Mungkin ia takut akan keburu hujan jika kami berjalan kaki. Namun aku tidak tahu ia akan membawaku kemana.

“Keandra.”

“Ah. Karena ia terlihat...... em.” Aku bingung memilih kata. “Indah.”

Narama tertawa. Tawa itu sangat merdu.

“Kau selalu mempunyai pemilihan kata yang unik.” Narama membawaku ke area persinggahan yang menghadap ke taman. Rintik hujan mulai turun.

“Waktu itu kau bilang jika aku tercipta nyaris sempurna. Sekarang kau menyebut Keandra indah.” Narama menyeduh minuman hangat.

Di setiap area persinggahan, selalu disediakan makanan dan minuman yang bisa kita ambil dengan percuma.

“Kau ingin minum apa?” Narama menawariku.

Lihat selengkapnya