I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #9

Bukan Kecewa, Aku menghawatirkannya

Pagi sebelum matahari menampakkan dirinya. Sebelum nyanyian para Flow benar-benar berhenti, aku bangun dan mendapati Narama sudah tidak ada di sampingku. Aku mendorong salah satu kelopak bunga. Malangkah keluar.

Narama sedang duduk di salah satu daun yang cukup lebar, berbincang dengan Flow yang menyapaku pertama kali ketika kami datang kemarin.

“Hai.” Flow itu menyapaku dengan senyum riang. Wajah kanak-kanaknya terlihat lugu.

Aku tersenyum dan melambai padanya, juga pada Narama yang menyambutku dengan senyum indah khas miliknya. Mata Narama menyipit dan melengkung seperti bulan sabit.

“Aku sudah menyiapkan sarapan juga perbekalan untuk kalian. Juga bayaran atas kerja keras kalian.” Flow yang bernama Rosella itu menunjuk bungkusan di samping Narama. Juga makanan di samping bungkusan.

“Waw.” Aku terpana melihat makanan yang berwarna-warni.

“Itu adalah ekspresiku ketika melihat makanan ini tadi.” kata Narama. “Ayo makan, aku tidak sabar ingin tahu rasanya.” Narama menepuk ruang kosong di sampingnya.

Aku segera duduk. Mataku tidak lepas dari makanan itu. Makanan ini tidak sama dengan yang mereka berikan padaku semalam. Makanan kali ini seperti sudah diolah, dimasak.

“Kami belajar teknik ini dari para manusia. Beberapa dari kami terkadang berkelana ke area para manusia. Untuk mempelajari beberapa hal.”

Aku sudah mengunyah makananku.

“Mereka menyebutnya kue. Roti?” Narama mengingat-ingat. Ia dulu tinggal di perbatasan, jadi ia pasti sedikit tahu.

“Yah apapun itu namanya.” Rosella mengedikkan bahunya. Ia terbang mengamati kami makan.

“Kau tidak ikut makan bersama kami?” tanyaku.

“Sebentar lagi waktunya aku tidur. Aku tidak mau membuat makanan itu mengendap sia-sia dalam perutku.” Ia tertawa riang.

Aku hanya nyengir. Masih dengan makanan yang ada dalam mulut. Manis. Manisnya pas. Aku suka.

Setelah sarapan kami berpamitan. Semua Flow yang ada di taman bunga itu melambai mengantar kepergian kami.

Aku terbang sedikit tinggi dan mengamati tempat itu, yang kini disiram cahaya mentari pagi. Bunga-bunga tampak berpendar indah. Tetes-tetes embun pada dedaunan juga bunga-bunga tampak cantik. Pagi yang indah.

.

“Hai.. kalian sudah kembali?” Keandra berlari-lari menghampiriku dan Narama yang keluar dari ruang laporan.

Iya, ia benar-benar berlari. Bukan terbang.

“Oh astaga.” Dia sekarang tersandung batu.

Aku tertawa lepas melihatnya.

“Kau harus hati-hati.” Narama menyambut Keandra dan memeluknya. Memeriksa kaki Keandra. Ketulusan tampak jelas di matanya.

Kini Keandra merentangkan tangannya padaku. Tentu aku menyambutnya. Aku suka memiliki teman seperti Keandra. Ia pribadi yang hangat.

“Kita akan makan malam bersama kan? Kali ini aku yang akan membayar makanannya.” Keandra berkata riang.

Lihat selengkapnya