I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #10

I know what I Feel

“Aku akan pergi ke gudang serbuk ajaib.” Aku terbang begitu saja meninggalkan Lea di depan kantin.

“Kau baru saja sembuh. Mereka tidak akan menerima serbuk sihirmu.” Lea mengejarku.

Kujelaskan secara singkat tentang serbuk ajaib. Serbuk ajaib sebenarnya adalah serbuk sihir milik para healer. Hanya para healer yang mampu mengeluarkan serbuk itu. Terkadang, kami juga menyebutnya serbuk penyembuh. Serbuk sihir, serbuk ajaib, serbuk penyembuh, sebenarnya adalah sama. Serbuk-serbuk itu kami kumpulkan di gudang serbuk. Para healer yang sedang tidak memiliki misi, atau tidak mengeluarkan serbuk cukup banyak di hari-hari itu, akan pergi ke gudang serbuk untuk mengeluarkan serbuk milik mereka. Serbuk-serbuk itu seperti tumpukan energi kami. Yang terproduksi dalam tubuh. Kami tetap harus mengeluarkan energi itu untuk bisa hidup. Energi itu tidak bisa kami simpan selamanya dalam tubuh. Kami perlu mengerluarkannya. Bentuk dari energi itu adalah serbuk sihir berwarna-warni. Setiap healer memiliki warna yang berbeda. Namun uniknya, ketika kami menumpahkan serbuk itu dalam satu tempat dan bercampur, serbuk itu akan menyatu dan berubah warna menjadi keemasan. Serbuk-serbuk itu kami gunakan untuk hal-hal lain. Anggap saja kami menabung energi.

Aku tidak menanggapi omelan Lea yang entah sudah sampai mana. Nyatanya ia hanya mengomel dan mengikutiku yang tetap terbang menuju gudang itu.

“Hai.” Aku menyapa petugas gudang.

“Oh hai.”

Aku sudah mengedarkan pandanganku pada seluruh bangunan gudang ketika petugas itu membalas sapaanku.

“Sepertinya kau tidak ingin menyumbang serbuk. Kau mencari seseorang?” tanyanya sambil memegangi daftar nama. Daftar nama yang ia buka adalah daftar nama healer yang tidak boleh menyumbang serbuk. Tentu saja ada namaku di sana.

“Tentu tidak. Aku juga tidak akan meminta serbuk untuk misi.”

“Jadi benar kamu mencari seseorang?”

Aku mengangguk. Lalu pergi. Karna seseorang yang kucari tidak ada di sana.

“Kau mencari Narama di sana?” Lea masih mengikutiku.

Aku tidak menjawab.

“Memangnya kau berfikir apa sampai mencari Narama di gudang? Kau fikir ia mendapat misi tanpamu? Kau konyol.”

“Ada kemungkinan para tetua mengganti pasanganku kan? Bukan, maksudku pasangan Narama.”

Lea tertawa terbahak-bahak. Sambil memegangi perutnya.

“Apa kau fikir itu masuk akal?” ia berkata di sela tawa.

Aku memasang wajah datar.

“Eri, setidak cocoknya kau dengan pasanganmu. Para tetua tidak akan menggantinya sebelum setahun.” Kalimat Lea memang benar. Tapi kemungkinan selalu ada.

“Jika memang benar pasanganmu diganti memangnya kenapa? Kau takut berpisah dengan Narama?”

“Aku hanya malas beradaptasi lagi.”

“Katakan saja jika memang kau takut. Kau menyukainya kan?”

“Bagaimana mungkin aku tidak menyukainya.” Sudah pernah kukatakan. Siapa yang bisa menolak pesona Narama?

###

Lihat selengkapnya