I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #13

Mereka Telah Tiada

“Aku rasa Winter cukup menarik.”

Aku melirik Lea tajam. Aku tahu itu, aku hanya tidak ingin mendengar penilaian apapun tentang si gadis hijau itu sekarang.

Malam sudah hampir larut. “Kau tidak ingin kembali ke ruanganmu?” itu adalah pertanyaan pengusiran. Jika aku membiarkan Lea cukup lama di ruanganku, ia pasti akan mencari-cari bahan untuk dibicarakan. Dan karena kejadian tadi siang, Winter adalah topik yang memang cukup cocok dibicarakan saat ini. Hanya saja aku tidak menyukainya.

Lea memanyunkan bibirnya. Masih tidak beranjak. Justru aku yang beranjak karena mendengar ketukan di pintu.

Viola sudah ada di depan pintuku sambil membawa surat misi. Buruk. Jika surat misi diantarkan, itu artinya misi darurat.

“Berangkatlah pagi-pagi. Kali ini kau tidak akan pergi dengan Narama.”

Aku yang sedang membaca surat misi itu berhenti. Menatap Viola tidak mengerti. Lea sudah berdiri di belakangku, penasaran.

“Tim tambahan. Kau akan berangkat dengan dua Healer lain.” Penjelasan singkat itu cukup jelas.

Aku mulai meneruskan membaca surat misi. Aku ditugaskan untuk menyusul pasangan Alobar dan Fohn. Biasanya tim tambahan dikirim jika pasangan healer dan conqueror mengalami kendala saat misi dan membutuhkan bantuan. Menurut informasi yang tertera, lokasi misinya tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu perjalanan kurang lebih satu hari satu malam. Nama dua healer lain yang tertera di surat misi itu adalah Selvia dan Honey. Mereka adalah healer yang kukenal.

“Melihat dari ekspresi Viola, sepertinya ini cukup serius.” Lea melirik surat misi di tanganku. Viola sudah pergi.

“Mereka terluka. Tidak dikatakan dengan jelas apakah misinya sudah selesai atau bagaimana. Tapi Fohn meminta bantuan lewat telepati jika ia dan Alobar terluka. Sepertinya Fohn tidak sempat mengatakan hal lain sebelum telapatinya terputus. Jadi tim pengarah hanya mengirim healer dari kesimpulan yang diambil.”

Aku melipat surat misiku. Lalu memutuskan berkemas malam ini juga. Agar besok pagi ketika berangkat tidak ada barang yang tertinggal.

Aku menilik kantong serbuk ajaibku, tinggal sedikit. Aku perlu mengambil serbuk ajaib di gudang, sebelum tutup. Walau healer bisa memproduksi serbuk ajaib, kami tetap membutuhkan serbuk tambahan. Karena ketika misi, serbuk yang kami butuhkan lebih banyak dari serbuk yang bisa kami hasilkan.

Lea tidak menemaniku ke gudang serbuk ajaib. Jadi aku pergi sendiri. Dan kebetulan aku bertemu Narama. Untung saja ia tidak sedang bersama si hijau itu.

“Kau mau kemana?” Narama bertanya tanpa basa-basi.

“Ke gudang serbuk ajaib. Aku mendapat misi darurat. Aku harus buru-buru.”

Narama mengikutiku akhirnya.

“Fohn meminta bantuan, ia butuh tim tambahan. Aku akan berangkat dengan dua healer lain.” Aku menjelaskan singkat.

“Tapi apakah kau sudah siap dengan misi? Maksudku kau baru sembuh.” Narama memegang pundakku. Ia sedikit menariknya, membuatku menatapnya.

Aku hanya tersenyum singkat. “Aku sudah tidak apa-apa. Sungguh.”

Aku terus terbang menuju gudang yang hampir tutup. Mereka yang bertugas di gudang tidak jadi menutup pintu ketika melihatku dan Narama terbang mendekat.

Lihat selengkapnya