I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #15

Tidak Akan Pernah Terungkap

Aku melempar batuan kecil pada permukaan air danau. Membuat batuan tersebut memantul sebentar sebelum akhirnya tenggelam. Beberapa ikan yang berenang di sana terkejut dan menjauh. Aku mendengus dan melemparkan pantatku di rerumputan. Membosankan.

“Seharusnya kau mengajakku jika ke sini.”

Aku menoleh, Narama sudah ada di belakangku.

“Kau punya janji denganku.” Ia berjongkok di sampingku.

Aku menengok ke sana kemari. Memastikan tidak ada yang mendengar percakapanku dengan Narama. Hanya ada beberapa yang berkeliaran di danau ini. Tidak banyak. Dan jarak kami berjauh-jauhan.

“Maksudmu berenang ke tengah danau?” aku mendekatkan wajahku pada Narama, berbisik.

Ia mengangguk. Mata coklatnya menangkapku.

“Mau mencobanya sekarang?” aku berdiri dan merapikan rokku.

“Biasanya kau gagal karena apa?”

“Entahlah. Aku tidak pernah terlalu memikirkan alasannya. Aku pernah ke sana sambil menunggangi ikan. Juga pernah menggunakan ekorku sendiri. Dan tidak pernah berhasil. Aku sudah tertangkap bahkan sebelum melewati dinding pembatas.” Aku berjalan mendekati bibir danau.

“Apa ikan-ikan itu bebas keluar masuk wilayah peri air?”

Aku berpikir sejenak. Selama ini aku tidak pernah memikirkannya. Apa ikan-ikan mas itu bebas keluar masuk wilayah peri air? Atau mereka hanya berenang di permukaan?

“Aku rasa ...... apa makhluk yang tinggal di wilayah peri air berbeda?” aku justru mengajukan pertanyaan.

“Ayo kita cari tahu saja.” Narama membisikkannya di telingaku. Rasa geli itu menggelitikiku.

Aku tersenyum dan mengikutinya yang sudah terbang di atas air, mencari ikan yang akan ia naiki.

Kami berenang bersebelahan. Ikan yang kami tunggangi berenang dengan tenang. Sesekali aku mencuri pandang ke arah Narama. Sampai akhirnya ia menangkapku yang tengah memperhatikan wajahnya. Ia melempar senyum manisnya, aku membalas senyumnya itu. Sekali lagi ada gejolak aneh di dalam perutku.

Sampai tengah danau, kami melepas ikan yang kami tunggangi. Aku memunculkan ekorku, kemudian kutiupkan serbuk sihirku di depan wajah Narama. Conqueror memang bisa bernapas di dalam air seperti para Healer. Namun jika mereka berenang lebih dalam, dan tekanan air jauh lebih tinggi, mereka tidak akan kuat lama. Jadi serbuk sihirku akan membantunya bernapas dengan bebas di kedalam air.

Aku mengulurkan tanganku pada Narama, ia segera menyambutnya. Aku menjadi sangat senang hanya dengan bersentuhan seperti ini.

“Kita berenang pelan-pelan saja di sekitar sini. Sambil mengamati.” Usul Narama.

Aku mengangguk menyetujui. Kami berenang santai sambil bergandengan. Sesekali kami melemparkan candaan dan tertawa-tawa.

Tidak lama, kami melihat ikan berwarna biru yang tidak biasa. Aku tahu ikan itu tidak pernah muncul ke permukaan. Sisik ikan itu sangat cantik dan berkilau. Kami mengikuti ikan itu dengan hati-hati. Menjaga jarak aman.

Lihat selengkapnya