Kami membeku beberapa saat. Aku seperti terperangkap dalam sorot matanya. Tapi sepertinya Keandra tidak melihat Narama. Karena jika ia melihatnya, pasti ia akan langsung menyapa.
“Aku mengerti. Kau berusaha untuk bersahabat dengan mereka.” Keandra melepas gandengan tangannya setelah mengatakannya. Ia terbang sendiri di antara para kupu-kupu.
Aku tersenyum. Ia sepertinya memang mengerti.
Jika kita terbang dengan hati-hati, dengan perasaan tulus bersahabat, kupu-kupu itu tidak akan terganggu dengan kehadiran kita. Dan kita bisa dengan leluasa terbang mendekat dan memperhatikan kupu-kupu itu satu persatu.
Aku menengok sesaat ke arah area persinggahan, tapi Narama sudah tidak ada di sana.
Aku terbang menyusul Keandra. “Perhatikan mereka baik-baik, kau akan bisa menemukannya.”
Kubiarkan Keandra terbang sendiri. Aku hanya mengamati dari tepian air mancur. Mencari pijakan yang tinggi agar bisa mengamati Keandra dengan leluasa. Matahari sudah lebih tinggi, hawa panas mulai terasa. Berdiri di dekat air mancur adalah pilihan yang tepat. Percikan air mengenai kulitku. Aku suka sensasi ketika percikan-perscikan halus air itu membasahi kulitku. Menyejukkan.
“Aku menemukannya.” Keandra memberikan isyarat bibir. Ia tersenyum cerah sambil menunjuk kupu-kupu di dekatnya.
Aku mengangguk.
Kupu-kupu musim hujan memiliki aura dingin ketika kita terbang dekat dengannya. Bukan dingin menusuk seperti es. Namun dingin seperti embun pagi. Juga ketika diperhatikan baik-baik, kupu-kupu tersebut memili tanda gambar seperti tetesan air di salah satu sisi sayapnya. Terlalu samar hingga kita harus memperhatikan dengan seksama. Namun jika kita sudah merasakan aura dingin seperti embun pagi itu, tanpa sadar kita akan memperhatikan kupu-kupu tersebut. Dan kita akan melihat tanda seperti tetes air yang ada di sayapnya.
“Tahap selanjutnya, kau harus membuat kupu-kupu itu menyukaimu.” Kataku saat sudah ada di samping Keandra.
“Lakukan dengan sealami mungkin. Jika kau memiliki hati yang tulus, ia tidak akan takut padamu.” Aku sedikit mendorong pundak Keandra yang sedang ragu-ragu memperhatikan kupu-kupu yang sedang hinggap di salah satu bunga itu.
Ia terbang dengan hati-hati, lalu memijakkan kakinya dengan perlahan pada bunga yang sama dengan kupu-kupu itu. Kupu-kupu bersayap kelabu itu sempat terkejut karena bunga yang ia hinggapi sedikit bergoyang. Keandra berjongkok dan menyentuh bagian sayap kupu-kupu yang bersinar. Ia tersenyum. Sayap kelabu kupu-kupu itu memang indah. Bagian bersinarnya membentuk kerangka sayap, bersinar cerah kekuningan. Dan keseluruhan badan sayapnya berwarna kelabu transparan.
Kupu-kupu itu sempat melihat takut-takut pada Keandra, namun kemudian ia seperti tertarik dengan pria itu. Ia mendekatkan kepalanya, meminta Keandra untuk meyentuh kepalanya. Keandra tertawa-tawa sambil mengelus kepala kupu-kupu itu. Serangga juga memiliki naluri. Ia tahu mana bahaya atau bukan. Dan ia tahu jika Keandra memang tulus ingin mendekatinya. Walau itu hanyalah sebuah tipuan pada akhirnya.
Bagian tersulit dari misi ini akan segera tiba. Jadi aku membiarkan Keandra bermain-main sebentar dengan kupu-kupu yang sekarang sudah melompat-lompat ria, bertingkah menggemaskan di depannya.
.
Aku memberi isyarat pada Keandra untuk segera memulai. Aku terbang lebih dulu menuju tempat bunga api mekar. Di sebelah paling barat Fairy realm, dekat bukit. Letaknya lumayan jauh dari taman utama.