I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #18

Next Level

Pagi buta aku berangkat untuk misi. Bukan misi darurat, tapi juga tidak ada persiapan matang. Kami hanya harus segera berangkat.

“Kalian akan mendapat pengarahan di Padang hijau nanti.” Itu yang dikatakan Viola semalam

Ya, Padang Hijau. Wilayah tempat asal Narama. Aku dan Narama mendapat misi di Wilayah manusia. Benar, wilayah manusia, bukan perbatasan. Namun benar-benar wilayah manusia.

“Ada salah satu healer dari padang hijau yang tertangkap oleh manusia saat melakukan misi di danau paling dekat dengan desa para manusia. Kalian harus menyelamatkannya.” Viola membuka gulungan misi dari para tetua.

“Kenapa harus kami?” aku langsung menyela.

“Para tetua menunjuk kalian secara langsung. Kau dianggap mampu melakukan tugas ini. Dan karena Narama berasal dari Padang Hijau, ia dianggap sedikit mengenal karakter manusia.”

Narama menghela napas. “Tapi aku sama sekali belum pernah berurusan dengan manusia.” Ia mengucapkan kalimatnya dengan kontrol nada yang baik. walau aku tahu ia juga merasa misi ini terlalu berbahaya.

“Tidak ada dari kami yang pernah berurusan dengan manusia. Semua yang pernah sudah mati atau mereka tertangkap dan tidak pernah kembali.” Viola mengatakannya dengan tenang.

“Lalu para tetua menyuruh kami berdua untuk melakukan misi ini? mereka mengorbankan kami?” aku sudah dipenuhi emosi. Wajahku pasti sudah memerah.

“Sudah kukatakan, kau dan Narama dianggap mampu.” Viola menekan kalimatnya.

Aku menghela napas dengan keras, kehabisan kata-kata.

“Kau tahu aku tidak punya wewenang untuk menolak misi ini Eriva.” Nada bicara Viola memelan. Ada nada penyesalan di sana. “Berangkatlah ke padang hijau, kalian akan mendapat pengarahan di sana. Jika memang misinya terlalu mustahil untuk dilakukan, kalian bisa memutuskannya nanti. Apakah bisa dilanjutkan atau tidak. Itu saran dariku. Atau jika kau bersikeras untuk tidak berangkat, kau bisa mengatakannya langsung pada Lord Valdera.”

Aku mengambil gulungan misi dari tangan Viola dan keluar dari ruangan tanpa mengucapkan apa-apa.

“Selamat siang.” Aku mendengar Narama sempat memberikan salam sebelum pergi mengikutiku.

Dan setelah mendiskusikannya dengan Narama, akhirnya kami berangkat pagi ini. Sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Viola dan dua orang tim pengarah lainnya ikut mengantarkan kami. Juga Lea dan si hijau itu. Aku tidak tahu mengapa si hijau itu ikut mengantarkan kami. Bukan kami, mungkin hanya Narama. Ia rela bangun pagi-pagi sekali hanya untuk melambai dan mengatakan “Semoga kembali dengan selamat” pada kami. Bukan kami, mungkin hanya pada Narama.

“Sepertinya kamu sangat-sangat dekat dengan si... Winter itu.” aku hampir kelepasan memanggil Winter dengan sebutan si hijau di depan Narama. Nada bicaraku sedikit ketus. Entah aku masih kesal dengan misi ini, atau aku kesal melihat si hijau sepagi ini.

“Iya.” Narama menjawabnya dengan ragu. Ia melirikku.

“Tidak ada apa-apa di antara kami.” Ia melanjutkan. Dan aku merasakan genggaman tangannya padaku semakin erat.

Lihat selengkapnya