I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #20

Invisible

Kwaaaaaakkkkkkk

Wuuuuuuuussshhh

Sial. Aku nyaris saja mengumpat. Berpegangan erat pada ranting yang aku duduki. Aku nyaris terpelanting karena hembusan angin. Burung gagak itu lewat disaat yang tidak tepat. Suaranya yang nyaring membuatku terperanjat dan hembusan angin akibat kepakan sayapnya lumayan keras mendorong sayapku hingga aku nyaris terjunggal. Aku gagal mencicipi bibir tipis Narama. Sekarang aku menggigit bibir bawahku sambil menahan malu. Wajahku pasti sudah memerah sempurna.

Narama juga memalingkan wajahnya dariku. Aku yakin ia sama malunya denganku.

“Ehem....... sebaiknya kita segera istirahat. Kita akan memulai misi besok pagi.” Aku berusaha berdiri pada ranting yang bergoyang tertiup angin malam.

“Em.” Narama menjawab singkat. Berusaha terlihat biasa saja.

.

Esok paginya, kami memulai misi sebelum matahari terbit. Elio sudah menyiapkan perbekalan yang cukup untuk kami. Mengemasnya dengan apik agar kami juga mudah membawanya. Dari mulai serbuk ajaib, makanan, dan minuman. Semua sudah disiapkan.

“Ingatlah! Yang terpenting dari misi ini adalah tentang kehati-hatian. Jangan terburu-buru dalam mengambil tindakan. Jika memang memungkinkan menyelamatkan Sophie dalam keadaan hidup, selamatkanlah. Jika tidak, keselamatan kalian lebih penting.” Elio menepuk pundak kami bergantian.

Lalu kami pamit pergi.

Ada beberapa yang mengantar kami. Dan aku melihat satu gadis jingga yang sangat mirip dengan Winter. Ia sempat melambai pada kami. Tidak, sepertinya ia hanya melambai pada Narama. Dan Narama membalasnya dengan anggukan kepala.

Perjalanan menuju rumah si pemburu itu tidak jauh. Kami juga sempat melewati danau yang dimaksud. Aku melihat ada beberapa healer yang bertugas di sana dan mereka terlihat sangat berhati-hati. Setelah kejadian tertangkapnya Sophie, pasti mereka menjadi tidak tenang. Tim pengarah juga telah membuat aturan baru untuk mencegah hal ini terulang lagi.

Rumah Jason si pemburu tidaklah besar untuk ukuran rumah manusia. Walau sebenarnya ini pertama kali aku melihat rumah manusia. Setidaknya aku bisa memperkirakan dari perbandingan besar tubuh mereka. Dan rumah Jason terlihat lebih sederhana dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada di sekelilingnya.

Matahari belum juga muncul saat aku mulai mengelilingi rumah Jason, mencari celah untuk masuk. Aku melakukannya dengan sangat hati-hati. Tim pengarah Padang hijau memberi tahuku jika pagi hari seperti ini biasanya Jason ada di rumah. Atau mungkin justru baru pulang dari berburu. Ia tidak memiliki waktu yang pasti untuk berburu. Terkadang ia pergi di siang hari, terkadang juga saat tengah malam dan pulang pagi harinya. Narama sekarang sedang ada di atap rumah untuk mengawasi.

“Dia pulang. Aku melihatnya mendekat.” Narama sudah terbang turun dan menghampiriku yang sedang mengamati daun jendela yang tertutup.

“Kau mengenali wajahnya?”

Lihat selengkapnya