“Apakah menurutmu Jason akan pergi hari ini?” aku duduk dan melipat kakiku senyaman mungkin.
Sisi atap yang kami gunakan untuk menunggu cukup nyaman. Kami bisa terhindar dari teriknya matahari. Rumah Jason memiliki bentuk atap bersusun, jadi ada celah yang bisa kami gunakan untuk berteduh dan sembunyi. Dan Narama memilih sudut yang aman dari jarak pandang Jason maupun manusia lain yang mungkin lewat di dekat rumah Jason. Kami memiliki tempat menunggu yang cukup nyaman.
Aku menguap.
“Kau mengantuk?”
Aku mengangguk. Walau sebenarnya pertanyaan Narama barusan tidak membutuhkan jawaban.
“Tapi aku lapar.” Aku mengeluarkan perbekalan. Aku ingin tidur setelah makan. “Kita bergantian berjaga ya. Aku ingin tidur setelah makan.”
“Em.” Narama tersenyum manis. Senyum itu memang selalu manis.
“Kau tahu? Aku sangat suka saat kau tersenyum.” Aku menatap Narama yang sedang mengunyah makanannya.
Ia mengangkat alisnya. Mulutnya penuh.
“Seperti seluruh wajahmu ikut tersenyum. Dan sorot matamu selalu memperlihatkan ketulusan. Itu membuat senyumanmu tampak indah.”
Ia tertawa kecil. “Apa kau tidak malu memberikan penilaian padaku seterus terang itu?” senyuman lebar Narama membuat matanya yang kecil semakin menyipit.
“Entahlah.” Karena tanggapan Narama yang seperti itu, tiba-tiba aku menjadi malu. Kutundukkan wajahku sambil menahan senyum.
“Aku suka caramu menyampaikan sesuatu. Seperti tidak pernah ada kebohongan di sana. Kau selalu apa adanya.”
Aku menatap wajah Narama, dan ia juga sedang menatapku. Kemudian dengan sangat hati-hati tangan Narama membelai puncak kepalaku. Aku suka sentuhan itu. Dan caranya menatapku.
Siang berlalu, malampun berlalu. Tidak ada pergerakan apapun dari Jason. Dia tidak keluar sekalipun dari dalam rumahnya. Aku jadi khawatir. Aku sudah bergantian berjaga dengan Narama. Bahkan aku sempat lupa jika sedang melakukan misi ketika giliranku berjaga dan Narama tidur di sampingku. Sepanjang Narama tidur sepertinya aku hampir tidak pernah melepas pandanganku darinya. Aku terlalu terpesona dengan wajah polosnya ketika tertidur. Tapi lupakan semua rasa mendebarkan itu. Aku sedang melakukan misi dan sangat cemas sekarang. Sebentar lagi fajar akan mengambil alih. Dan sampai detik ini Jason belum juga keluar. Aku sudah duduk berdiri, duduk lagi. Batas sabarku sepertinya hampir habis.
“Kapan ia akan keluar dari rumahnya? Dia tidak ada jadwal berburu?” aku sudah bertanya hal yang sama pada Narama untuk kesekian kalinya. “Atau dia tidak ada kegiatan lain yang mengharuskannya keluar rumah?”
Narama tersenyum tipis saat aku menengok padanya. Ia duduk bersandar sambil melipat kedua kakinya di depan dada.