I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #28

Giant Park

Hari itu berlalu dengan kami bermalam di celah pohon dengan tanah yang lembab. Memang pada akhirnya air banjir tidak sampai naik. Namun hujan terus turun hingga menjelang pagi. Karena pagi setelah hujan itu cuaca sangat bagus dan sejuk, kami bergegas melanjutkan perjalanan yang masih panjang.

Beberapa hari tanpa hambatan berarti, akhirnya kami sampai pada tempat yang kami perkirakan akan menjadi hambatan. Tempat yang membuat jantung kami berdetak lebih cepat hanya dengan mendengar namanya saja. Taman raksasa, seperti namanya, semua yang ada di taman ini ukurannya memang sangat besar. Mulai dari tanaman hingga makhluk hidupnya. Bahkan kupu-kupu atau capung yang biasanya terlihat cantik, di sini semuanya menjadi menyeramkan. Aku hanya berharap ukuran mereka tidak membuat sifat bawaan mereka menjadi berbeda.

Narama mengeratkan genggaman tangannya ketika kami sampai pada gerbang utama taman. Aku menelan ludahku dengan sudah payah.

Gerbang taman itu bukanlah berbentuk gerbang yang sebenarnya. Hanyalah serangkaian bunga yang tangkainya melingkar-lingkar. Tentunya bunga-bunga itu berukuran raksasa. Bahkan satu kelopak bunganya memiliki ukuran yang lebih besar dari tinggi tubuh kami.

“Apakah kita bisa melewatinya begitu saja?”

“Tentu saja tidak.” Narama menjawab dengan cepat.

“Atau mungkin kita bisa melewati wilayah ini dengan memutarinya. Bukan dengan masuk ke dalamnya.” Aku mencoba mencari alternatif. Tidak ingin masuk ke wilayah itu.

“Akan butuh waktu lama jika kita memutarinya. Wilayah ini dikeliligi oleh Hutan Malam. Dan katanya tempat itu jauh lebih berbahaya dari Taman raksasa.”

Memang benar. Jika digambarkan pada peta, Taman raksasa sendiri berbentuk lingkaran yang hampir sempurna. Dan Hutan malam berbentuk huruf U, mengelilingi Taman Raksasa. Jika kami berniat mengelilingi Taman raksasa, kami harus masuk Hutan malam dari sebelah kiri atau kanan Taman raksasa. Masalahnya itu adalah bagian tergelap dan terdalam dari Hutan malam. Jika kami masuk ke Taman raksasa, dan keluar tegak lurus dari pintu masuknya, kami akan sampai pada bagian terluar Hutan malam. Walau wilayah itu juga sebenarnya tidak bisa dibilang bagian terluar dalam artian sesungguhnya, namun wilayah itu tidak seberbahaya bagian hutan yang lain.

Dan jika kami ingin memutari keseluruhan Hutan malam, itu tidaklah mungkin. Akan membutuhkan waktu yang sangat-sangat lama.

“Jadi tidak ada pilihan lain ya?” itu bukan pertanyaan sebenarnya. Aku hanya mencoba memantapkan hatiku.

“Sudah siap?”

Aku mengangguk. Walau tidak yakin.

Akhirnya kami terbang perlahan menuju gerbang Taman. Masih dengan saling menautkan tangan satu sama lain.

Ciaaaaaaauuuuuuuuuu

Lihat selengkapnya