Sesuatu yang lunak dan lengket itu menarik tubuhku dengan cepat ke bawah. Rasanya jantungku seperti turun. Aku tidak menyukai sensasi itu. Dalam waktu sepersekian detik, aku harus mengetahui apa yang sedang terjadi. Dan aku tahu, sesuatu yang besar lunak dan lengket yang menarik tubuhku adalah lidah katak.
Tidak, katak itu berniat memakanku. Aku pasti santapan yang menggiurkan baginya.
Kusemburkan sihir dari kedua tanganku. Sebenarnya itu bukanlah teknik menyerang. Tidak ada Healer yang benar-benar bisa bertarung. Aku hanya mengeluarkan serbuk sihir dengan kekuatan dan tekanan yang besar. Kuarahkan pada mata si katak yang ukurannya sangat besar itu.
Byuurr.
Seperti terguyur serpihan pasir, katak tersebut memejamkan matanya kesakitan. Namun lidahnya masih belum melepaskanku.
Dari arah belakang, Narama mengeluarkan teknik pukulan angin pada lidah katak dan hanya berjarak beberapa senti dari tubuhku. Dorongan pukulan Narama membuat tubuhku akhirnya terlepas dari lidah katak itu.
Belum sempat bernafas lega, datang serangan dari arah lain. Masih dengan lidah katak. Saat aku menyadarinya, ternyata tidak hanya satu katak yang ada di sana. Ada lebih dari 5 katak. Entah jika masih ada yang bersembunyi di balik daun-daun tanaman raksasa.
“Kita harus segera pergi!” peritah Narama.
Aku tahu. Namun masalahnya, kami berdua sekarang sedang jadi bahan perebutan katak-katak menjengkelkan itu. Besar tubuh mereka kurang lebih tiga kali lipat besar tubuh kami. Warna kulitnya hijau mengkilat. Menjijikkan. Bola mata mereka berwarna kuning, menonjol.
Aku dan Narama terbang ke sana ke mari. Berlompatan ke sana ke mari. Dan katak-katak itu juga berlompatan ke sana ke mari. Berusaha mendapatkan tubuh kami. Lidah mereka menjulur panjang untuk menangkap tubuh kami.
Aku hanya terus menghindar. Sihir penyembuh yang keluar dari pori-poriku sudah padam sejak aku ditarik oleh lidah katak tadi. Aku berusaha untuk tidak menyerang menggunakan semburan serbuk sihir karena hal itu cukup untuk menguras energiku. Aku bukanlah conqueror yang punya energi lebih untuk menghadapi situasi semacam ini. Saat ini aku hanya menggunakan sihir-sihir ringan untuk mencegah agar katak-katak itu tidak berhasil menangkapku.
Healer aktif sepertiku memiliki kemampuan menggunakan teknik pukulan angin seperti para conqueror. Namun pukulan angin yang dimili para healer tentu tidak sehebat milik para conqueror. Jika satu pukulan angin conqueror dengan tenaga normal mampu menumbangkan pohon, maka satu pukulan angin milik healer dengan tenaga yang sama hanya mampu mematahkan satu tangkai kecilnya.
Bukannya tidak ingin segera pergi dari situasi ini, kami benar-benar diserang dari berbagai arah. Kami belum menemukan celah untuk melarikan diri.
Hanya soal waktu, aku akhirnya tertangkap. Oleh dua katak sekaligus. Dari arah belakang dan samping kananku. Dua katak itu siap menarikku. Aku tidak bisa membayangkan tubuhku akan ditarik ke dua arah yang berbeda. Aku mengeluarkan sihir pertahanan untuk bertahan dari tarikan kencang dua katak tersebut. Tapi sihir pertahanku mungkin hanya mampu bertahan sebentar. Jika pertahanku runtuh. Tubuhku akan terkoyak karena ditarik dari dua arah.
Tak tak.
“Aaarrrrhhh.” Aku bertahan sebisa mungkin. Sambil memikirkan cara untuk melepaskan diri.
Tak tak. Retakan sihir pertahananku semakin melebar.
“Ayolah Eriva!”suara dalam kepalaku mencoba memberi semangat.
Tak tak. Tidak bisa, aku tidak mampu bertahan lebih lama lagi.
Bum bum.
Dua pukulan angin yang amat kencang dari Narama. Telak mengenai dua katak yang nyaris merobek tubuhku. Dua katak tersebut terkapar, dan tarikan lidahnya pada tubuhkupun terlepas. Kurasa mereka hanya pingsan.
Kulemaskan otot-otot tubuhku yang tegang. Saat itu kusadari jika semua katak yang ada di sana sudah terkapar pingsan semua. Entah kapan Narama berhasil melumpuhkannya. Kurasa itu terjadi ketika aku terfokus bertahan dari dua katak yang tadi menarik tubuhku.