I'm Sorry...

Via S Kim
Chapter #36

Klimaks

“Menghindar!” kusambar tangan Narama. Sebelum ikan itu akhirnya ikut melompat dari air untuk mengejarku.

Byuuuuurr... ikan besar itu terjatuh lagi ke air.

Pyaakkkk... aku dan Narama terpental karena terkena percikan air yang besar. Untungnya saat itu aku sudah membuat lapisan gelembung sebagai tameng untuk menghindari air danau agar tidak langsung terkena kulit kami.

“Ikan itu bisa melompat cukup tinggi dengan badan sebesar itu.” komentarku.

“Sebenarnya apa yang sedang terjadi?”

“Aku tidak tahu.” Aku tidak tahu ada apa di dalam air. Apakah ikan atau monster itu sedang mengamuk atau bagaimana.

“Kita harus segera menolong Salvador.”

Aku tahu, tapi bagaimana cara masuk ke air jika monster itu malah mengejar kami. Dan Narama tidak bisa melihat racun yang ada di air.

Tidak, tunggu. “Aku tahu bagaimana caranya.”

Narama menatapku tak sabar.

“Aeroramapara.” Gelembung bulat itu membungkus tubuh kami di dalamnya. “Kita masuk ke air dengan ini. Aku tahu ini akan membuat kita tidak bisa bergerak dengan leluasa. Tapi ini akan melindungi kita dari racun.”

Kami masuk ke air dengan gelembung bulat transparan yang kubuat. Aku sedikit kesulitan saat gelembungku mulai mengenai permukaan air. Tekanan udara yang ada di dalam gelembung membuatnya sulit untuk menyelam. Aku harus menekannya agar ia mau tenggelam. Namun disaat yang bersamaan aku harus memperkuat dinding gelembungnya agar tidak pecah, juga memastikan tidak ada kebocoran sedikitpun.

Kondisi di dalam air cukup gelap. Aku harus menajamkan mataku untuk bisa melihat. Sepertinya monster itu sedang tidak ada di dekat kami. Kami bisa berenang dengan sedikit leluasa. Entah apakah gerakan kami bisa disebut berenang. Intinya gelembung bulat yang kubuat sedang meluncur ke bawah dengan kecepatan yang sangat hati-hati.

Untungnya walau gelap, aku masih bisa melihat posisi terumbu karang tempat Salvador dan makhluk danau yang tersisa berada. Terumbu karang itu secara alami memiliki cahaya yang berwarna-warni. Tidak terlalu terang, namun cukup mencolok.

“Monsternya ada di sana.” Narama membuat gerakan gelembung melambat. Ia menekan bagian belakang gelembung. Ia tahu cara mengendalikan gelembung yang kubuat.

Monster itu sekarang sedang mengelilingi dinding gelembung Salvador. Beberapa kali ia tersengat namun ia masih berusaha untuk melewatinya. Ia mungkin tidak melihat dinding gelembung itu, namun justru itu yang semakin membuatnya penasaran. Mengapa ia tersengat oleh sesuatu yang tidak terlihat. Dan itu membuatnya marah.

Sepertinya monster itu sedang kelaparan. Dan makhluk hidup yang tersisa ada di terumbu karang yang dijaga oleh Salvador. Sekarang masalahnya, bagaimana caraku mendekat? Monster itu akan segera melihatku.

“Eri, apa kau bisa membuat gelembung ini meluncur dengan kecepatan tinggi?”

“Mungkin. Akan kucoba.”

“Kita pancing saja monster itu untuk mengejar kita. Agar ia tidak mengganggu area Salvador.”

Aku juga memiliki ide yang sama. “Tapi ke mana kita akan membawanya?”

Lihat selengkapnya