Kami segera pergi setelah berhasil menutup kembali pintu batu danau merah. Kami juga sudah memastikan jika jalan itu telah tertutup rapat dan tidak bisa dilewati, bahkan oleh makhluk kecil sekalipun.
Perjalanan kembali terasa singkat. Karena sebenarnya jarak antara dua danau ini lumayan dekat. Tadi saat pergi memakan waktu cukup lama karena kami banyak melawan monster ikan itu.
Salvador menyambut kami dengan tatapan lega ketika melihat kami kembali. Ia langsung memelukku dengan erat. “Aku sangat yakin kalian pasti akan kembali dengan selamat.”
Salvador melemparkan senyum pada Narama dan Narama membalasnya sambil sedikit menunduk hormat.
“Sepertinya aku tahu bagaimana cara menghilangkan racun kuning ini. sebaiknya kita segera saja.” Aku sudah memikirkan ini di jalan saat kembali tadi.
“Kau sudah tahu?” Narama sedikit terkejut dengan pernyataanku.
Aku mengangguk. Aku belum sempat membicarakan ini dengannya karena saat perjalanan kembali tadi aku sedang sibuk dengan pikiranku sendiri.
“Bagaimana caranya?” Salvador menggenggam tangan kananku dengan kedua tangannya. Matanya berbinar.
“Sebentar lagi malam Eriva.” Narama tampak khawatir.
“Ini tidak akan memakan waktu lama.” aku menyunggingkan senyum pada Narama.
Aku lihat wajah Narama sedikit pucat, mungkin ia begitu lelah. Tapi aku tidak akan melibatkan dirinya dalam pembersihan racun ini, jadi tidak apa jika ia menunggu sedikit lagi.
“Kau bilang kau melenyapkan makhluk yang mati di danau ini kan?” aku mengalihkan pandanganku dari Narama dan menatap wajah cantik Salvador. “Kau belum mencoba untuk melenyapkan tanaman?”
“Belum.”
“Ayo kau coba melenyapkan tanaman yang mati itu. Aku ingin melihat bagaimana reaksi airnya saat kau melenyapkan tananam tersebut.”
Salvador mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali. Sepertinya ia mulai mengerti apa maksudku.
Kami berenang menuju salah satu gerumbul tanaman air yang telah berwarna coklat karena mati. Aku mempersilahkan Salvador untuk mengeluarkan tekniknya untuk melenyapkan tanaman tersebut. Awalnya gadis itu sedikit ragu-ragu, kemudian ia mulai menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Aku menatap Narama dan menggenggam tangannya. Aku lihat wajahnya kian pucat.
“Kau tak apa kan?” kupaksakan seulas senyum. Sebenarnya aku sangat khawatir dengan kondisinya.
Ia mengangguk dan mengelus rambutku.
Salvador mulai mengarahkan tangannya pada tanaman tersebut dan merapal mantra pendek yang bernada. Dan mucullah seperti gelombang kecil dari telapak tangan Salvador menuju tanaman tersebut. Hanya dalam hitungan detik, tanaman tersebut melebur. Terlihat seperti tisu yang dimasukkan ke air. Melebur begitu saja dan hilang. Namun pada saat bersamaan, racun kuning di sekitar tanaman itu mulai berkurang. Seperti dinetralisir.
“Kurasa kau benar.” Salvador berkata padaku dengan semangat.
Aku melepas genggaman tanganku pada Narama dan mendekati Salvador.
“Kau bisa melakukan teknik tadi dengan skala lebih besar? Aku akan membantu menyebarkan gelombang sihirnya ke seluruh perairan danau ini.”
“Tentu saja.” Salvador mengangguk mantap.