Ruang keluarga dipenuhi canda tawa apalagi ditambah dengan Aland yang sedang beradu game dengan Damian. Mereka mencoba memenangkan posisi masing-masing. Dengan orang tua yang masing-masing mendukung.
"Ayo Land, bunuh ae Damian-!" ujar Jovita
"He kak-! Ade lu disini kok lu malah dukung Aland sih!" protes Damian.
"Suka suka gue lah kebo-!" Lawan Jovita
Para orang tua tertawa melihat tingkah mereka dan alhasil Aland lah pemenangnya. Damian tampak jengkel setengah mati.
"Oh ya tan" ujar Jovita
"Jangan tan, mom aja" jawab Vania
Jovita tersenyum ramah "oke mom, mom mo eum… Lyra itu, anaknya kaya apa mom? keknya pendiem gitu" tanya Jovita
Tanpa sadar Damian pun ikut memperhatikan Vania.
"Lyra itu sebenernya anak yang manis, nurut, ramah" ujar Meisie ibu Damian.
"Mom tau?" tanya Jovita.
Meisie mengangguk.
ஜ⭐ɪ'ᴍ sᴛɪʟʟ ɪ'ᴍ ʜᴇʀᴇ⭐✍
Suasana pemakaman dipenuhi duka pilu. Gadis cilik yang dinantikan keluarga harus berpulang ke rumah Tuhan lebih cepat dari yang lain. Gadis berambut hitam bermata bulat itu harus pergi setelah sebuah truk menghantam tubuh mungilnya.
Seorang wanita tak henti hentinya menangis seraya memeluki batu nisan putri kecilnya.
"Putriku………" isak tangis memanggil putri kecilnya yang sekarang telah beristirahat dengan tenang.
Seluruh pelayat sudah kembali, tinggalah sepasang suami istri itu. Sang suami yang dengan suara lembut membujuk istrinya agar mau kembali. Namun ditepis kuat kuat oleh istrinya.
Hingga sebuah tangan mungil menghapus air mata wanita itu, wanita itu terkejut. Dan melihat ke arah tangan tersebut. Dilihatnya gadis kecil seusia dengan putrinya yang telah tiada. Rambut coklat dengan mata hazel tersenyum membawa boneka dipelukannya. Berbaju putih dengan poni tipis. Anak itu mendekati sang wanita, menghapus air matanya lagi.
"ante nda boleh cedih, anti kakaknya ithut cedih. Ante halus thenyum" ujar gadis cilik.
Wanita itu memeluk gadis cilik dengan erat, mencoba melepaskan kepergian putrinya. Gadis cilik itu membalas pelukan si wanita lalu mencium pipinya. Setelah beberapa saat si wanita melepas pelukan mereka dan memperhatikan wajah gadis cilik didepannya.
Ia tampak mengenali wajah itu, seperti tak asing namun siapa gadis ini.
"Itu putriku Mei."
Sang wanita menoleh kebelakang dan didapatinya seorang wanita berambut coklat bermata hazel sama seperti gadis cilik itu.
"Xenia?" ujarnya
"Iya, ini aku. Aku kembali untukmu, sahabatku" ujar xenia tersenyum hangat.
Tanpa aba-aba ia berdiri dan berhamburan memeluk sahabatnya itu. Ia menangis sejadi jadinya, dengan perasaam yang hangat Xenia mengusap punggung sahabatnya lembut.