Bukan hanya kehidupan Rara yang buram, masa sekolah pun demikian. Rara selalu mendapatkan bullyan, hinaan, cemoohan dan juga perundungan dari teman sekelasnya ( cowok cewek sama aja deh ). Sampai Rara pun berasa sendiri di dalam kelas tersebut. Di usik setiap harinya, di jailin, paling menyakitkan di bully dengan kata - kata yang tak pantas. Seperti kurus kareh tolang bik kentok eng tok, Obu' sarang manok, jubek dan sebagainya lah yang mengarah ke arah menghina fisik Rara. Tentu saja Rara sakit hati, mental yang down, dan juga malas untuk pergi ke sekolah. Jika sudah merasa down, Rara izin sakit 2 hari atau 3 hari lah nggak mendengar pernyataan yang membuat hatinya sakit. Bukan hanya sakit hati karena patah hati saja, tetapi juga sakit hati karena adanya pembulllyan tersebut. Mereka semua seperti tak memiliki hati nurani. Sudah seperti setan sikap dan perilakunya itu. Tiada lagi yang namanya sifat manusiawi seperti selayaknya manusia. Dan berlanjut juga saat duduk di bangku SMA. Tepatnya di kelas 2 - 3 SMA. Saat itu Rara duduk sendirian karena teman sebangkunya hamil duluan dan tak pernah masuk ke sekolah lagi. Sehingga Rara tak memiliki teman sebangku lagi. Padahal teman sebangkunya itu murid yang pintar, dan pendiam tapi ternyata ya nakal juga ya di balik semua sikapnya itu. Disini Rara suka di jailin, di gosipin, di jauhi, mendapatkan perundungan juga seperti meminjam peralatan alat tulis Rara namun di kembalikan dengan di lempar dengan tidak sopan, kadang juga di patahkan pensilnya di hadapan Rara loh, terus pernah juga ada teman cowok Rara yang meminjam buku panduan sholat pada Rara, setelah selesai buku tersebut di lemparkan sampai beberapa kertasnya berhamburan jatuh ke bawah. Begitu rendah banget kehadiran Rara di mata mereka. Makanya sampai saat ini Rara enggan untuk berkomunikasi ataupun sok akrab dengan teman SMP maupun SMA nya itu. Karena Rara keinget semua hal yang mereka lakukan terhadapnya. Perlu di garis bawahi Rara membenci teman sekelasnya bukan teman atau sahabatya yang berada di kelas lain. Jika teringat semua hal tersebut, begitu mengiris hati Rara ataupun emosi yang tak stabil. Tapi perlu Rara ceritakan disini karena faktanya memang itulah yang terjadi selama di masa sekolahnya itu.