Menyelami fenomena saat ini, Lisa merasa sedikit terantuk. Sebelumnya dinginkan dulu kepala kalian. Lisa akan membacakan sebuah cerpen yang sejujurnya dia sendiri malu mempublikasikannya.
Sikap teman-teman padanya sempat membuat Lisa merasa terbully. Jangan salah paham, dengar beritanya dulu. Lisa merasa down karena dunia Eomma terlalu menekannya, Dayun dan dayang-dayangnya yang terus membuat jalannya terpaduk. Lisa awalnya menjauh karena merasa dijauhi. Kan lebih baik mengindar daripada bertahan dalam cekikan.
Saat di sekolah dasar dulu, Lisa termasuk dalam jajaran pembuli kelas superior. Ia akui. Setiap sedikit kesalahan sebayanya selalu dikritiknya. Seperti berangkat sekolah terpepet 5 menit sebelum bel, tidak memiliki kamus bahasa inggris yang lengkap, berpacaran dengan anak yang masih satu kelas, mengikat rambut terlalu tinggi, dan masih banyak lagi.
Sekarang, Lisa yang merasa terbulli.
Semenjak di smp sebenaranya. Hanya saja saat di smp Lisa masih memiliki cukup banyak teman dan sifatnya yang gila-gilaan mampu menutupi segalanya. Dewasa ini, Lisa sudah menggila! Dia depresi. Tapi tidak ada yang bisa memahaminya. Lis-
"Lisa, what happen with you? Are you okay?", tanya Ros memecah lamunan Lisa.
"E-eh? Te-tentu saja, Ros", jawabnya terbata.
"Menurutku tidak sih. Ingin menikmati secangkir latte?", tawar Ros dijawab anggukan oleh Lisa.
Ros, hanya dia yang dapat sedikit memapah. Lisa tahu Ros ingin bertanya lebih, tapi dia tahu Lisa akan sulit bicara kalau keadaannya seperti ini. Andai Ros pandai membaca ekspresi dan situasiā¦
"Hai, Ros", sapa teman Ros, "Hai", sapa Ros balik dengan senyum ramahnya. Seperti itu kira-kira yang terdengar sepanjang mereka merangkak menuju kantin. Hampir, hampir setiap orang yang berpapasan dengan mereka menyapa Ros. Hanya satu dua yang juga menyapa Lisa.
"Bibi, vanilla latte dua ya. Oh iya dan juga seporsi nasi goreng pedas. Lis kau mau makan juga?", tanya Ros.
Ya mungkin saja rasa pedas nasi goreng selain membakar lidah juga bisa membakar pikiran buruk, "Ah, ya. Boleh, sepertimu", jawab Lisa.
"Baiklah. Nasi gorengnya tambah 1 ya bibi."
Baru tercebur dalam lamunan, Ros kembali menarik Lisa ke alam sadar, "Little poniku jangan kau kosongkan pikiranmu. Nanti Bam akan datang dan otakmu jadi geser dipenuhi Bam", canda Ros.
Siasat basi. Lisa tahu Ros sengaja mencairkan suasana agar dia mau angkat bicara dan meninggalkan sesi bengongnya, "Tidak, Rosie. Aku sadar 100%", jawab Lisa penuh penekanan.