I'm a Writter, Not an Actress

meoteaas
Chapter #11

11. The Next

Seminggu sudah Lisa mengapung pada realisasi rencananya. Rencana lugu selayaknya bocah yang berkeinginan untuk pergi bermain menerbangkan layangan dengan teman sebaya esok sore. Beberapa halaman berisi patahan adu telah diketik. Bukannya sulit, tapi tak juga begitu mudah. Lisa masih bingung harus menceritakan apa sebenarnya. Belum cukup waktu menganak-pinakkan ide klisenya. Kalau masalah halu sih dia sudah profesional karena Cassy yang terus mencekokinya virus ketampanan oppa-oppa. Akh, Jooongki ahjussi, siapa yang tidak mengenalnya?

Dulunya Lisa hanya menyukai dunia entertainment luar negeri saja. Sama sekali tak melirik sisi penuh petualangan dari bagian dunia yang lain. Tapi lagi-lagi, salahkan Cassy dengan simpanan oppa segudangnya. Bisa diasumsikan imannya nampak sebesar biji sawi saja dalam menghadapi berbagai godaan doniawi ini. Eh? Memang kalian sudah pernah melihat biji sawi?

"Oy! Sedang melihat apa, Rosie?"

Ros sempat menoleh tak lebih lama dari kedipan mata, "Eh? Aku membaca komik."

"Komik apa? Bisakah membacanya di hp?"

"Kudet kau, Lis. Kurang update. Ya pasti bisa sekarang apa sih yang tidak bisa."

O-oh, ya, Lisa memang sering tertinggal update dunia. Dunia berubah begitu cepatnya. Rasanya hanya beberapa anggukan kepala, kata salah seorang pengamat. Lisa lebih menikmati apa yang terpapar ketimbang mendalami yang sedang booming, tak heran jika dia terseok berita dewasa kini. Mengejar dunia yang ada jauh lebih melelahkan ketimbang mengikuti lomba lari.

"Kau mau membaca juga?"

Kata Ros tadi 'apa sih yang tidak bisa'. Jangan membuat Lisa kecewa dengan jawaban 'tidak' untuk petanyaannya yang satu ini. "Bisakah aku membaca novel saja?"

"Oh, kalau novel kau bisa memakai aplikasi yang lainnya.. Nah yang ini," Ros menunjukkan layar hpnya yang sudah meliput jawaban atas pertanyaan Lisa, lalu meneruskan kegiatan literasinya. Meninggalkan Lisa dengan wajah sepolos bayi yag baru terlahir.

Lisa memang se-kudet itu?

***

Sepulang sekolah Lisa segera melakukan stalking aplikasi yang dirokemendasikan Ros tadi. Kenapa tidak terpikir, sih? Dari dulu ke mana saja otak Lisa ini. Tapi bukannya tidak terpikirkan. Masuk akal segala sesuatu sekarang serba online, kan Lisa hanya tak sempat ruang untuk memikirkan perihal sejenis itu. Sudah terlalu banyak yang mesti diurusinya. Ini hanya hal baru yang akan mulai menggeser tabungan sampah di otaknya. Merubah pundi sampah itu dengan pundi mawar yang bermekar ria.

Lisa mulai mengisi blanko pengajuan member sesuai petunjuk. Seperti pemenuhan biodata yang lazim diberlakukan oleh aplikasi lain normalnya. Setelah ditelusuri ternyata cukup lengkap. Ada novel terjemahan juga dengan berbagai genre. Yang Lisa bayangkan sebelumnya dia hanya akan menemukan novel mirip peliharaan Cassy.

Ah bagaimana cara menggunakannya? Lisa lupa bertanya ke mana dia mesti berpijak pada kenikmatan di dalamnya.

Tapi, Cassy pasti tahu!

"Cassy! Cas? Kau sudah pulang?" Lisa mencoba menyapa daun kamar Cassy, sudah tiga pukulan, tapi tak dijawabnya. Berarti Cassy belum kembali dari kelas super padanya. Harusnya Lisa sudah mengingat hal itu lebih awal.

Oh! Bagaimana kalau ke perpusda saja dulu? Daripada habis waktu menjemur mimpi. Ajak Hanben saja sekalian. Lagipula Lisa meminjam buku menggunakan kartu osis Hanben. Lucu sekali teringat kebodohan kala itu.

Han rese been

Ttuuut

Ttuuut

"Halo? Ada apa menelpon?"

"Mau mengembalikan buku, ke perpusda. Temani aku, ya?"

"Sekarang banget?"

"Kumohon"

"15 menit lagi kujemput"

Lihat selengkapnya