"Ros? Ku rasa kau mendiamkanku," terang Lisa penuh keraguan.
"Hah? Ku pikir kau yang tengah membutuhkan waktu sendiri. Jadi aku salah?" tanya Ros balik.
"Kita harus meluruskan semuanya."
Ros membuka kata, "Kemarin aku melihat matamu sembab. Kau pasti membutuhkan waktu sendiri. Aku menerka mungkin ada sesuatu yang terjadi."
"Jadi... kau menyadarinya?"
"Bodoh! Bahkan matamu hanya terlihat sebesar biji kacang hijau," bukannya khawatir Ros malah menjitak Lisa.
"Sudah ku kompres tapi memang dia betah di mataku."
Ros mengehela napas, "Sebenarnya aku ini peduli. Hanya saja aku lelah untuk terus menanyakan 'kau kenapa?' Kau tidak meresponku dengan baik, Lis. Kau tidak terbuka padaku."
Lisa mulai memahami udara tegang di sini. Ros kan mudah tersulut. Hati-hati dengan kata-katamu, Lis, "Maaf. Yang ini memang kau tidak perlu tau. Malah membebani pikiranmu."
"Lisa... harus berapa kali kukatakan?"
"Aku sungguhan, Ros. Yang ini tidak perlu. Kau cukup menemaniku dan aku mendengarmu bercerita."
"Ini tidak adil."
"Itu sangat adil, Ros. Sebagai gantinya aku akan memberitahumu sesuatu."
"Apa?" jawab Ros bernada merajuk.
"Aku mendapat tawaran penerbitan dari satu naskahku."
Terlihat Ros masih meloading maksud perkataanku, "Naskah? Apa itu naskah yang kau maksud?"
"Aku awalny-"
"Oci!" panggilan June menjeda perkataan Lisa. June, Bobbi, dan Hanben kini sudah bergabung di bangku yang sama dengannya dan Ros.
"Abaikan saja, Lis. Cepat lanjutkan."
Belum sempat membuka mulut, June menyela Lise lagi, "Yang, ih. Kok aku dicuekkin?"
Hanben dan Bobbi mendadak aktor dengan berpura-pura muntah. Drama antara June dengan Ros memang besar pengaruh membuat mual.
"Diam dulu June sayang. Lisa akan membawa berita besar. Ah, kalian juga harus mendengarnya."
Lisa membulatkan mata, "Ros? Really? Ah, tidak tidak. Lain kali saja kalau begitu."
"Kenapa? Kau tak mempercayai kami?" tanya Bobbi membuat Lisa tertegun.
Bukan seperti itu maksud Lisa, "Ah, ani. Aku belum siap saja, Bob. Lagipula ini tidak penting."
Ternyata Ros tidak membelanya kali ini, "Naskah Lisa mau diterbitkan."
Sontak ketiga pemuda itu menjatuhkan rahangnya. Apa memang Lisa setidak pantas itu?