I'm a Writter, Not an Actress

meoteaas
Chapter #22

22. Sweet day ever

Akhirnya..                                                            

Dua minggu ujian... seminggu class meeting... libur telah tiba!

Gabut? Tidak dong. Tidak ada sejarahnya kaum rebahan gabut. Ya paling mentok merasa bosan karena gudang dapur kosong sehingga tidak ada semen yang diaduk. Jadi dengan enggan Lalice mengayuh sepedanya menuju minimarket kompleksnya. Lebih baik lelah lima menit daripada menahan gairah mengunyah sepanjang waktu.

Untung saja tabungannya masih lumayan banyak. Tak apa sesekali menyenangkan diri. Dua kantong pelastik besar menggantung di kedua setang sepeda sebelum akhirnya membludak paksa menggenangi jalanan.

"Aw.." rintih Lisa menahan perih di lutut dan siku kirinya yang tercium aspal.

"So-sorry gue ngga sengaja," gadis yang menjadi penyebab insiden turun dari motornya mengampiri Lisa.

Dia terlihat panik, "Mau diobatin di rumah atau gue bawa puskesmas aja?"

Tidak seperti kebanyak orang, ia terlihat sigap tanpa basa-basi. Membantu Lisa menyingkir ke tepi jalan. Pun dengan sepeda Lisa dan ciki ciki yang berteriak minta diselamatkan.

"Ayo ke puskesmas," ia bersiap memapah Lisa namun tertahan.

"Tidak perlu hanya lecet sedikit. Maafkan aku juga yang teledor."

Tadi jalanan sepi. Dengan seenak jidat Lisa mengendarai sepedanya zig-zag. Menguasai jalan layaknya pembalap tanpa memikirkan bahaya lain. "Iyadeh kita sama-sama salah kok. Yaudah gue anter lo ke rumah ya di mana rumah lo?"

Simpatik. Itulah kesan kedua yang Lisa tangkap dari si gadis sebelum ia berprasngka akan dimaki karena auranya yang tegas dan.. menantang.

"O-oh, tidak usah. Lagi pula aku membawa sepeda lanjutkan saja perjalananmu pasti lebih banyak hal penting yang harus kau kerjakan daripada mengantarku," tak enak hati Lisa. Sudah mencelakai merepotkan lagi.

"Beneran nih?"

"Iya, terimakasih bantuannya."

"Oke. Gue duluan, ya?" Ia berlalu meninggalkan Lisa yang kian saling menjauh. Ya masa luka yang cukup diplester saja sampai dibawa ke puskesmas sih Lisa tidak selebay itu.

Kronologisnya selain karena Lisa yang mengendarai sepedanya zig-zag juga si gadis yang mengendarai motornya terlalu menjorok ke tengah jalan saat berbelok tadi. Apa dikata. Senggol tak dapat dihindar meski salah satu pihak masih terjaga dengan kendaraannya.

Keadaan rumah yang panas juga menambah turun mood Lisa selepas keluar mencari bahan pengganjal perut dan terrtimpa musibah tadi. AC nya mati, berarti ada pemadaman listrik. Ah padahal hari ini begitu gerah.

"Oy, Lice!"

Mendengar namanya diserukan Lisa berhenti. Mengedarkan pandangan, "Ya? Bang Mino memanggilku?"

Lisa rasa itu suara Mino. Masa suara saudara sendiri tidak hapal. "Bangmin di mana?" seru Lisa lagi tak mendapat sahutan. Pasalnya sekarang masih di ruang tamu. Di mana sekiranya pemilik suara nyentrik itu bernapas.

Lihat selengkapnya