Rayya mematung. Nyaris saja nyawanya melayang setelah hampir menjatuhkan dirinya ke jurang. Tuhan begitu baik karena sudah memberikan kesempatan hidup untuknya. Air matanya menetes, ia merasa bodoh sekali. Mengapa ia harus mengambil keputusan yang salah? Padahal ia tahu bahwa bunuh diri adalah perbuatan yang berdosa besar.
Rayya begitu kalut sampai kehilangan akal sehatnya. Hatinya bagai teriris sembilu kala kedua mata indahnya melihat Nathan, kekasih yang ia cintai selama 8 tahun sejak mereka duduk dibangku SMP, tengah melakukan perbuatan asusila bersama seorang gadis di kamar kos milik Nathan. Padahal saat itu Rayya ingin memberikan kejutan untuk Nathan di hari ulang tahunnya yang ke-22 tahun.
Kenapa Nathan tega sekali kepadanya? Rencana indah yang selama ini mereka buat, semua kenangan selama mereka berpacaran dan segala hal tentang Nathan seakan sirna dan hanya menyisakan rasa sakit saat mengingatnya. Pengkhianatan yang Nathan lakukan sangat melukai jiwa dan raganya. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada dikecewakan oleh seseorang yang kita pikir tidak akan pernah menyakiti.