“ASTAGAAA!”
Devano setengah berteriak kaget ketika tiba-tiba disambut banyak kertas kecil-kecil yang mengenai wajah dan badannya. Rupanya Oka dan Resti sedari tadi standby menekan Party Hopper untuk menyambut kedatangan bosnya itu.
“SELAMAT ULANG TAHUUUUN DEN DEVAAAAAN …!”
Tak lama kemudian Imah muncul dari arah dapur dengan membawa kue tart bulat yang dipenuhi irisan stroberi di sekelilingnya, terlihat begitu menggoda. Kemunculannya disambut dengan lagu “Happy Birthday” yang dinyanyikan bersamaan oleh semua orang yang ada di rumah itu.
Devano tertawa kecil. Ia yang tadi sangat kaget berangsur-angsur dihampiri perasaan senang yang membuncah.
“Ayo, tiup lilin dulu, Pak Devan. Make a wish dulu jangan lupa,” ucap Kara dari sampingnya.
Devano menurut. Ia menutup mata lalu mengucapkan beberapa harapan dan meniup lilin kue yang ada di depannya. Padahal biasanya ia selalu skeptis dengan keadaan sekitarnya namun hari itu entah bagaimana dirinya senang dengan kejutan yang didapatkannya walaupun hanya sekedar perayaan sederhana.
“Nah, karena hari ini bos kita ulang tahun, jadi hari ini kita ditraktir makan di luar. Yeaaaaay!” teriak Kara yang disambut dengan keriangan di ruangan itu. Sebenarnya ia tidak serius dengan ucapannya.
“Tunggu … tunggu …! Siapa yang bilang mau traktir makan di luar?” sanggah Devano tiba-tiba.
“Dimana-mana yang ulang tahun itu nraktir. Kan cuma ada beberapa orang ini disini. Iya nggak? Ayolah, Pak Devan, sekali-kali,” ucap Kara lagi. Sekarang candaannya berubah menjadi serius.
Devano mendengus perlahan pura-pura kesal. Ia enggan mengiyakan namun juga tidak menolak.
“Yaa … yaa ... yaaa ….” Akhirnya Devano menyerah di depan lima orang lawannya.
“Ihiiiiy!” Kara berteriak kegirangan disambut senyum sumringah dari yang lain. Tidak menyangka kalau candaannya benar dikabulkan. “Saya ganti baju dulu kalau gitu,” ucapnya sambil buru-buru lari.
“Jiah … Mbak Kara pakai ganti baju segala,” sahut Bimo.
“Lho kita kan mau ke acara makan-makan yang ulang tahun. Harus spesial dong bajunya!”
Devano hanya menggeleng-geleng pasrah. Ia pun akhirnya beranjak ke kamarnya untuk juga bersiap-siap.
-ΐ
“Waah … Mbak Kara cantik amat. Mau kemana?” seloroh Imah melihat Kara yang datang memakai dress selutut warna hijau sage. Dandanan make up natural menghiasai wajahnya.