Setelah kepergian Dimas, Aneta hanya mengurung diri di dalam kamar, ia tidak mau sekolah, tidak mau makan, tidak mau keluar kamar. Hingga suatu ketika, Mamanya menemukan Aneta tergeletak di lantai dengan darah yang mengalir dari pergelangan tangannya.
Dengan cepat Aneta di bawa ke rumah sakit. Tetapi setelah sembuh, Aneta mencoba mengakhiri hidupnya kembali dengan menelan beberapa butir obat tidur sekaligus. Ia pun kembali di larikan ke rumah sakit dan nyawanya kembali tertolong.
Hingga suatu ketika Aneta bersembunyi-sembunyi membawa mobil Papanya pergi menuju tempat kejadian dimana Dimas meregang nyawa.
Tidak jauh dari lokasi kejadian, Aneta menepikan mobilnya di sebuah persimpangan jalan yang di kelilingi oleh lautan di sisinya. Ia menarik nafas panjang, memegang stir mobil dengan kuat dan tanpa ada rasa ragu, ia menginjak pedal gas dalam-dalam.
Mobil yang Aneta kendarai pun menabrak pembatas jalan dan masuk ke dalam laut. Jantungnya berdegup kencang, nafasnya tidak teratur saat melihat air mulai membanjiri ke dalam mobil. Ia menarik nafas panjang, berusaha untuk tenang.
"Ya Tuhan, kalau saat ini nyawa ku tak terselamatkan. Aku ingin bertemu dengan Dimas, selalu bisa berada disisinya, menyentuhnya, melihatnya." pintanya dalam hati.
Mobil Aneta sudah tidak terlihat di permukaan. Air telah memenuhi isi mobilnya. Dadanya terasa sesak karena tidak bisa bernafas. Helai-helai rambutnya melayang, mengambang di dalam air, tetapi tubuhnya tetap duduk karena tertahan sabuk pengaman. Ia memejamkan mata dan berusaha untuk ikhlas meregangkan nyawanya.
***
Aneta berjalan disebuah lorong hitam panjang yang sangat gelap. Ia terus berjalan mengikuti arah lorong itu membawanya. Setelah cukup lama berjalan, ia melihat pintu yang sangat besar dihadapannya. Terlihat sebuah cahaya yang menyilaukan di ke dua sisi pintu itu.
"Belum saatnya kau berada disini." ucap cahaya itu.
"Aku ada dimana?" tanya Aneta bingung.
"Kau berada di depan pintu gerbang menuju dunia setelah kematian."
"Aku sudah mati?" tanyanya terkejut.
"Benar, tapi kau masih punya kesempatan untuk kembali."
"Maksudnya?"
"Kau bisa berjalan lurus kembali menuju tempat kau berada sebelum kau sampai disini, sampai kau melihat sebuah cahaya."
Aneta mengikuti perintah cahaya itu. Ia berbalik arah, lalu berjalan lurus menelusuri sebuah lorong panjang yang sangat gelap, terlihat sebuah cahaya dari ujung lorong tersebut. Hingga sampailah ia melewati cahaya dihadapannya.
"Hah..." Aneta terkejut sambil menarik nafas panjang.
Ia melihat cahaya persis di hadapannya. Beberapa orang di sekitarnya sedang sibuk menyelamatkan nyawanya.
"Ia sudah kembali." ucap salah seorang Dokter sambil kembali sibuk mengurus Aneta di bantu oleh suster di sekitarnya.