Derap langkah kaki Keenan membawa cowok itu memasuki gerbang sekolah. Cowok blasteran Indo-Amerika itu menjadi pusat perhatian saat memasuki kawasan sekolah. Bukan hal asing lagi bagi Keenan. Bisik-bisik para siswi yang membicarakan tampangnya kurang pelan bagi Keenan. Entah telinganya yang terlalu sensitif, atau suara mereka yang terlalu kencang.
Rambut pirang kecoklatan, mata berwana hitam pekat dengan tatapan tajam, postur tubuh yang jangkung, dan jangan lupakan otaknya yang terlampau briliant. Seantero SMA Cahya Harapan tahu siapa dirinya. Jago olahraga, Nilai yang selalu sempurna, dan trophy yang selalu ia bawa pulang membuatnya sangat terkenal.
"Nan! Sini!" Panggil Satya padanya.
Satya tidak sendirian ada Alan bersama nya. Keduanya sedang berada di lapangan basket. Satya yang sedang mendrible bola, dan Alan yang sedang fokus pada buku yang dipegang olehnya. Tidak-tidak, Alan lebih tepatnya sedang mencoba untuk fokus.
Keenan berjalan medekati keduanya. Matanya melirik Alan sekilas. Sepertinya Alan mulai serius untuk belajar. Satya melempar bola basket pada Keenan. Dengan sigap, Keenan langsung menangkap bola tersebut.
"Satu ronde?" tantang Satya. Keenan mengangguk lalu mulai mendrible bola.
Keenan maju, langkah demi langkah membawanya lebih dekat dengan ring basket. Satya tentu tak tinggal diam, cowok jangkung itu menghadang Keenan. Tangan gesit Satya membuatnya dengan lihai dapat mencuri bola. Dua langkah besar, dan shoot! Satya berhasil mencuri start.
Satya melempar senyum pada Keenan. Keenan mengambil bola dan kembali mendrible bola. Satya mulai kembali dengan aksi nya yang menghadang Keenan. Keenan menunjukkan smirk nya, melangkah dua kali menuju tembok kanan dan melempar bola, lalu shoot! Keenan berhasil memasukan bola kedalam ring.
Satya menatap kagum sahabatnya itu. "Gila sih, kutu buku jago basket juga." Puji nya pada Keenan. Keenan menunjukkan senyum tipisnya.
"Perdalam fisika nya Sat." Satya mencibikkan bibirnya.
"Gue fokus di balapan aja dah. Pusing kalau semua harus disangkutin sama teori." Satya menegak mineral yang telah dibeli sebelumnya, tak lupa membaginya pada Keenan.
"Semua juga ada teorinya Sat. Gue cuma nyaranin, biar lo lebih pro." sahut Keenan. Keduanya terpaksa menghentikan permainan karena bel masuk telah berbunyi.
"Lah lo berdua main basket kok gak ngajak gua?!" tanya Alan tak suka.
Keenan dan Satya geleng-geleng kepala lalu berlalu meninggalkan Alan yang masih kesal.
"Dih, gue malah ditinggal lagi! WOY!" Alan membereskan bukunya, meraih tasnya dan menyusul kedua sahabatnya. Mimpi apa Alan punya sahabat seperti Keenan dan Satya.
***
Keenan tak bisa fokus pada pelajaran, Jeje yang duduk disampinya terus saja mengajaknya berbicara. Sedangkan Alan dan Satya yang duduk didepannya malah sedang bercanda ria.
"Je, lo ngomong satu kata lagi gue lapor ke guru ya!" ancam Keenan.