"Hai Shell" Panggil seorang lelaki berdarah Indo-Amerika itu dari belakang. Aku yang mengetahui suara Aldo pun langsung membalikkan badan ke arah Aldo.
"Ada apa Al?" Tanyaku pada Aldo yang tengah berlari ke arahku.
"Gue ada kabar penting banget Shell" Ucap Aldo dengan nada suara panik dan nafas yang tidak beraturan.
"Soal?"
"Vania"
"Vania kenapa Al?" Tanyaku mulai panik karena raut wajah Aldo nampak serius. Aldo hanya diam dan memandangku dengan serius.
"Vania kenapa?!" Tanyaku mempertegas.
"Vania....Vania.....Vania habis jatuh" Jawab Aldo terbata-bata. Aku mulai panik dengan keadaan Vania.
"Hah?! jatuh?!! jatuh dimana?!" Tanyaku panik.
"Dia...Dia jatuh hati sama Dicki" Ucap Aldo dengan tertawa berbahak-bahak. Aku pun diam dan pergi karena Aldo sudah membuatku panik seketika. Yah, Vania adalah temanku sejak kecil. Aku, Aldo, dan Vania sudah berteman sejak kami berusia 4 tahun. Kami selalu bersama bahkan kita menyukai beberapa hal yang sama, meskipun terlihat lucu karena Aldo adalah satu-satunya lelaki dalam pertemanan kita.
Melihat aku kabur, Aldo mencoba untuk menghentikanku dan meminta maaf padaku.
"Shell, cie ngambek" Aldo mulai menggodaku dan menggelitiku.
"Sudah, gue mau ke kelas dulu" Aku beranjak pergi meninggalkan Aldo, tetapi Aldi selalu mengikuti kemanapun aku pergi.
"Nanti malam nonton ya" Ajak Aldo sembari kami berjalan menuju ke ruang kelas.
Aku diam dan berhenti berjalan.
"Gue jemput nanti malam oke." Lalu, Aldo berjalan mendahuluiku.