“Pernah gak sih lo coba buat suka sama gue?” Lelaki itu berbicara dengan menahan amarah yang suatu saat dapat meledak. “Sediki...t aja. Kita udah pacaran tiga bulan lebih. Gue tau dari awal lo bilang gak suka sama gue tapi guenya aja yang bebal buat lo nerima gue jadi cowok lo. Emang kurang ya usaha gue selama tiga bulan ini buat lo jatuh cinta sama gue? Setidaknya lo hargain dikit lah usaha gue”
“Gak, gak dan gak.” Gadis itu kembali menyeruput bobanya lagi, berhenti sebentar lalu berbicara lagi “Gak, gue gak pernah mencoba buat suka sama lo. Gak, seberapapun usaha lo gak bakal ngaruh sama gue. Gak, gue gak bisa ngehargain usaha orang. Sorry.” Setelah menyelesaikan kalimatnya wanita itu kembali menyesap bobanya tanpa peduli dengan lelaki didepannya yang sudah panas sedari tadi.
“Oh, gitu. Lo anggap gue main-main? Padahal selama ini gue serius sama lo. Kayaknya bener kata orang, sifat lo ampas banget. Kita putus aja.”
Gadis itu berdiri dengan kasar. Walaupun dia sering mendengar hinaan semacam itu, tapi dia tetap saja merasa marah. Bagaimanapun dia tetap seorang wanita dengan perasaan. “Gue udah tau sifat gue ampas, jangan lo perjelas dan kalau lo mau serius cari gadis baik dengan rambut hitam lurus dikepang dua trus pake rok dibawah lutut yang tampangnya suka malu-malu kalo dideketin cowok, bukan yang kayak gue.” Wanita itu menyesap bobanya lagi lalu pergi meninggalkan si lelaki dengan perasaan terhina.
Wanita itu adalah Indri, Purnama Maya Indri. Baru naik ke kelas 3 SMA. Dengan rambut coklat karena gen papa, yang lebih sering diikat poni dan lebih suka pake celana selutut dari pada rok. Serta gak ada malu-malunya dekat lawan jenis. Trus lelaki itu, gak penting lah dikenalkan. Dia cuma figuran yang gak bakal muncul lagi. Sebut aja dia salah satu dari sekian banyak mantannya Indri.
Keesokan harinya ...
“Baiklah, kita akhiri pertemuan kita hari ini.” Belum sempat pak Anwar keluar dari ruang kelas itu, keadaan kelas sudah ribut dengan suara celotehan khas anak SMA kelas 3 yang baru selesai belajar matematika. Tiba-tiba keributan itu dihentikan oleh teriakan seorang gadis yang dengan lantangnya berkata.
“HA!? Lo putus lagi!”