I Want You, Uncle

Error 404
Chapter #6

Fifth Step #5

Ini adalah permasalahan yang sulit karena waktunya yang tidak tepat. Ian biasanya akan menyususn kembali perasaannya setelah beberapa hari tapi ini belum lewat satu minggu dan dia harus menghadapi Indri, antara kabur atau menghadapi masalah. Dia bukanlah pengecut yang dituduhkan Ami seenaknya kepada dirinya, tetapi dia juga bukanlah lelaki kuat yang dengan mudahnya membelokkan perasaannya kemanapun dia mau. Sudah berhari-hari pikirannya tidak menentu dan hari ini adalah puncaknya, malam nanti akan diadakan pesta kecil-kecilan untuk menyambut kepulangan papa Indri dan Ian masih ragu dengan keputusannya. Sebagian dari pikirannya berpikir tidak apa untuk melarikan diri tapi sebagian lagi berteriak untuk diketahui.

“Ian mau kemana?” Alicia memasuki kamar Ian tanpa mengetuk terlebih dahulu mendapati abangnya sudah mematut diri didepan cermin dengan ekspresi aneh. “Ian mau kemana?” Sekali lagi Alicia memanggil abangnya dengan sedikit mengguncang badan Ian yang masih saja belum sadar bahwa adiknya sudah memasuki daerah pribadinya sedari tadi.

“Kamu kapan masuk?” Itulah hal yang pertama kali diucapkan Ian pada adiknya yang sudah berguling di atas kasur Ian dengan sedikit kesal. Adiknya itu sangat suka bermain di atas kasur abangnya karena kasur itu sangat luas bagi ukuran tubuh Alicia yang kecil juga empuk tapi dia tidak suka dengan baunya, terlalu maskulin membuatnya pusing.

“Jawab pertanyaan Cia dulu. Ian mau kemana?” Alicia mulai duduk dengan bantal dipelukannya.

Ian masih belum menjawab pertanyaan adiknya, dia kembali menatap cermin dan merapikan penampilannya yang tidak perlu dirapikan lagi. Sepertinya Ian sudah memantapkan pilihannya, untuk menghadapi masalahnya. Lakukanlah seperti lelaki yang memiliki hargi diri. “Mau kerumah Indri.”

“Hhmmm... Ikut!”

“Gak boleh.”

“Ikut! Cia mau main sama kak Indri. Mom... Cia pergi sama Ian ke rumah kak Indri ya.” Alicia keluar kamar mencari mom yang lagi santai diruang tengah. Dengan sigap Ian bertukar pandangan dengan mom, memohon agar Alicia tidak diperbolehkan ikut. Mom yang mendapatkan kode itu hanya dapat tersenyum dengan ekspresi Ian yang dipaksakan.

“Dear, dirumah aja sama mom. Mau teh?”

“No... Cia mau main sama kak Indri.” Anak bungsu keluarga Reinhardt ini memang manja, hanya dad yang dapat menjinakkannya. Di belakang Alicia, Ian masih saja menyilangkan kedua tangannya dan menggeleng.

“Besok kan bisa, gak harus sekarang. Kapan-kapan mom undang kak Indri main kerumah.” Mendengar penolakan mom, wajah Alicia ditekuk dan pipinya digembungkan seperti ikan buntal. “Mom... please.” Anak bungsunya itu bergelantung ditangan kirinya memohon untuk terakhir kalinya tanpa disadari Alicia bahwa Ian sudah pergi membawa mobilnya keluar menyusuri jalanan yang akan membawanya kerumah Indri.

“Nanti pulang Ian bawain coklat buat Cia, jadi maafin Ian ya.” Ian bergumam setelah mobilnya berjarak agak jauh dari rumah.

***

Lihat selengkapnya