I Want You, Uncle

Error 404
Chapter #9

Eighth Step #8

Pantai dari tempat Indri dkk tinggal cukup jauh, bisa memakan waktu dua sampai tiga jam. Indripun hanya pada saat-saat tertentu dia ingin pergi kepantai. Dia memiliki tempat rahasia, tempat menyendiri. Di tepi pantai itu ada sebuah daerah yang tidak banyak orang berlalu lalang, apalagi pergi kesana. Di dekatnya terdapat mercusuar yang sudah tidak dipakai lagi. Setiap ada masalah yang besar menimpanya, Indri akan pergi ke mercusuar itu lalu duduk berjam-jam sambil menceritakan isi hatinya tanpa peduli dengan sekeliling. Tempat itu ditemukan secara tidak sengaja. Seperti biasa, Indri akan menyeret Ian kemanapun dia mau tanpa memikirkan bagaimana perasaan si korban. Indri melihat mercusuar itu dari jauh tapi dia tidak menemukan jalan kesana didalam peta. Dengan segala cara Indri membujuk Ian untuk mencari jalan menuju mercusuar tersebut, membiarkan Ian yang susah payah bertanya sana sini kepada penduduk setempat.

“Udah lama gue gak kesini.” Dengan sigapnya Indri mengambil tempat dimana dia biasanya duduk. Ian yang dari awal agak mengantuk yang paksa dijadikan sopir oleh Indri dan sekarang dia jadi lelah dan mengantuk, mencari tempat untuk curi-curi tidur.

Indri yang melihat itu tidak terima. Dia mencari cara mengganggu Ian agar tidak tidur. “Lo kok tidur sih.”

“Biarin gue tidur bentar kalo lo mau jadiin gue supir buat pulang nanti.” Ian mulai mencoba tidur setelah mendapatkan posisi nyamannya.

“Ya udah, kalo gitu lo dengerin gue aja.”

Indri mulai menceritakan kejadian kemarin dan tadi pagi. Mengeluarkan segala isi hatinya untuk dibuang jauh-jauh ditengah lautan.

“Kenapa gue gak bisa menghilangkan perasaan gue. Padahal gue udah tau kalau itu gak mungkin. Gue selalu mencoba buat mencintai semua cowok yang nyoba nembak gue, tapi tetep aja perasaan gue sama orang-orang itu dan perasaan gue sama om gue itu beda. Udah gue coba berulang kali, sampai gue bosan sendiri. Malahan gue di cap cewek murahan.” Indri tertawa getir. Air mata sudah menumpuk dipelupuk matanya, tapi ditahannya agar tidak mengalir keluar. “Menurut lo kak Mentari itu beneran pacarnya gak?” Indri menoleh kearah Ian yang didapatinya sudah tertidur pulas.

“Mau sampai kapan lo tidur.” Indri yang kesal di tinggal tidur mencubit pipi Ian. Setelah bosan mengganggu tidur temannya yang tidak berhasil dibangunkan, Indri mulai bermain pasir untuk mengusir kebosanan.

Ian yang mendengarkan sedari tadi sebenarnya tidak tidur. Mengetahui Indri yang sudah agak menjauh, dia membuka matanya lalu berkata “mana gue tau” sambil menatap langit biru dan kembali tidur.

***

“Mau sampai kapan lo main pasir. Yuk pulang, udah jam 5an. Takutnya nanti nyampe dirumah kemalaman.”

“Tapi gue mau liat sunset.”

Streaming aja liat sunsetnya. Ntar emak lo nyariin, gue yang pusing.” Ian menarik tangan Indri dengan sedikit paksaan. Setelah mereka memasuki mobil, Ian memacu mobilnya menjauhi pantai, pulang.

“Karena lo repot-repot ngajak gue kepantai, jadi lo yang traktir gue makan malam. Terima kasih.” Ian dengan wajah datarnya mulai mencari-cari tempat untuk istirahat dan makan malamnya.

Lihat selengkapnya