I Want You, Uncle

Error 404
Chapter #13

Twelfth Step #12

“Jadi, lo mau kemana?”

Mereka berdua sedang berada didalam mobil sedang melaju tanpa tujuan. Setelah pergulatan yang tidak berarti, akhirnya Ian menjadi sopir.

“Gue belum makan siang.”

Ian langsung memacu mobil menuju restoran ramen langganan mereka.

Sesampai disana, mereka langsung disapa oleh pelayan yang kenal dengan mereka.

“Udah lama gak mampir mbak?” Dengan sedikit berbasa-basi, pelayan itu menyapa dengan senyum bisnisnya.

“Iya nih mbak, baru aja selesai ujian.”

“Yang biasa mbak.” Tanpa melihat menu, Ian langsung memesan.

“Siap mas. Mbaknya gimana?”

Indri membolak-balik buku menu, bingung ingin memesan apa. Setelah berpikir keras akhirnya Indri memesan menu yang biasa dipesannya, curry ramen. Si mbak pelayan tersenyum agak sinis melihat Indri yang sejak tadi bolak-balik buku menu tapi ujung-ujungnya milih menu yang biasa dipesannya.

“Ngapain lo repot-repot buka buku menu segala.”

“Gue pikir kalo hari ini pengen nyoba menu baru, tapi ternyata banyak menu yang belum gue coba trus gue bingung. Setelah gue pikir-pikir lagi menu yang biasa lebih enak daripada yang lain.”

Beberapa menit setelahnya, makanan mereka datang. “Ini mas, niku udonnya dan ini buat mbaknya, curry ramen. Selamat menikmati.”

“Makasih, mbak.” Kata mereka hampir berbarengan.

***

Indri dan Ian baru saja keluar dari kedai ramen. Setelah itu mereka pergi ke cafe dilantai satu mall itu, membeli boba. Disana mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ian sibuk dengan telpon pintarnya setelah mendapatkan ice coffeenya. Indri sibuk dengan pikirannya.

“Indri?” Suara familiar itu membawa Indri kembali kekenyataan. “Kebetulan banget ketemu disini.”

“Oh, kakak yang waktu itu.” Ian mengalihkan pandangannya dari layar.

“Lo inget?”

“Soalnya ekspresi sikakak kaget banget waktu liat wajah lo.”

“Oh iya. Kak Mentari kenalin Ian, temen aku. Ian, ini kak Mentari, dia... dia temen om Ben.”

“Salam kenal, Ian.” Kak Mentari dan Ian saling berjabat tangan.

Saat itu datang om Ben membawa cup di kedua tangannya.

“Indri? kebetulan banget, kapan kamu perginya?”

Lihat selengkapnya