“Sejauh ini menurut saya bagus.”
“Terima kasih pak.”
Indri berkonsultasi untuk terakhir kalinya dengan pak Herman sebelum ujian nasional dimulai.
“Kalau seperti ini bisa saya pastikan kamu bisa bersaing disana. Nilai bahasa Inggris kamu juga tinggi.”
“Terima kasih banyak pak. Ini semua berkat bimbingan bapak.”
“Terima kasih. Tetap pertahankan terus kinerja belajar kamu dan jangan sampai lalai. Ingat, ujian seminggu lagi. Walaupun kamu lolos ujian penyerataan tapi gak lolos UN sama aja bohong.”
“Baik pak.”
“Bapak sarankan jangan terlalu memaksakan diri. Belajar itu bagus tapi kalau berlebihan tidak ada gunanya.”
“Terima kasih pak atas sarannya.”
“Ada yang kamu perlukan lagi?”
“Sejauh ini itu dulu pak. Kalau begitu saya permisi dulu pak.”
“Iya, semangat terus belajarnya.”
“Iya pak.” Indri tersenyum dengan hasil belajarnya selama ini. Gak sia-sia selama ini dia membenamkan diri belajar selama.
“Gimana konsultasi belajar lo sama pak Herman?” Seperti biasa, Ami menunggunya didalam kelas.
“Lancar jaya.” Indri tersenyum dengan hasil bagus yang didapatkannya.
“Enaknya. Gue asalkan bisa kuliah dijurusan yang gue mau aja udah untung.”
“Bukannya lo bilang kemarin tu mau masuk universitas tempat gebetan lo?”
“Jangan ingetin gue.” Ami menutup kedua telinganya.
“Kenapa lo?”
“Gue lagi galau.” Wajah Ami ditekuk.
“Coba cerita, setidaknya dengan cerita lo... uhuk.” Indri terbatuk sebelum menyelesaikan perkataannya.
“Lo kenapa?”
“Gak kenapa-napa.” Indri langsung merasa tertohok oleh kata-katanya sendiri. Dia merasa tidak punya hak mengingatkan Ami, sedangkan dia memiliki banyak rahasia yang tidak di beritahukannya kepada Ami. “Lo kalo gak mau cerita juga gak apa-apa.”
“Yah gue bukannya gak mau cerita, tapi kalo lo maksa biar gue ceritain.” Ami bersikap malu-malu kucing.
“Iya, gue dengerin baik-baik.”
“Jadi gini. Beberapa bulan yang lalu kan gue pergi ketempat nini gue lagi. Terus sepupu gue ternyata pulang juga.”
“Hmm... terus?”
“Dia suka sama gebetan gue!”
“Dari mana lo tau?”
“Gue tau banget sifatnya dia. Dia itu licik dan selalu ngambil apa yang gue suka. Masih kecil aja udah kayak gitu.”
“Tunggu dulu. Sepupu lo umurnya berapa?”