Denis melamun seorang diri di kelas, sesekali ia melihat bangku Radit yang masih kosong karena pemiliknya belum datang.
"Deniiisss..." teriak Tere sambil berlari ke arahnya.
"Lo kenapa Re? Kok lari-larian gitu?" tanyanya heran.
"Si Radit Nis" ucapnya dengan nafas ngos-ngosan.
"Iya si Radit kenapa? Tarik nafas dulu baru ngomong pelan-pelan" ucap Denis sambil menuntun Tere duduk di sampingnya.
"Gue tadi ngeliat Radit pakai baju bebas keluar dari ruang kepsek, gue denger-denger dia mau keluar dari sekolah"
"HAH... Serius lo? Terus sekarang dia dimana?" ucapnya panik.
"Tadi sih dia udah mau cabut"
Denis segera berlari menuju tempat parkir mobil. Saat Radit ingin membuka pintu mobilnya, dari kejauhan Denis teriak memanggil namanya.
"RADIITT..."
Radit menoleh ke arah sumber suara, ia terdiam melihat Denis berlari ke arahnya.
"Lo abis ngapain tadi? Kenapa lo pakai baju bebas? Kenapa lo nggak masuk kelas? Gue denger-denger lo mau..."
"Ssttt... Satu-satu dong nanyanya!" ucapnya sambil menutup bibir Denis dengan jari telunjuknya. "Iya, aku mau keluar dari sekolah"
"Loh, tapi kenapa?" tanyanya bingung.
"Itu kan janji aku sama kamu, kalau kamu datang nemuin aku kemarin. Aku nggak pernah ingkar janji Nis, ya walaupun aku belum sempat jelasin semuanya, tapi aku udah seneng banget kamu dateng. Lagian, memang ini kan kemauan kamu? Sekarang udah nggak akan ada yang bikin kamu kesel lagi"
Matanya berkaca-kaca, jelas sekali terlihat Radit ingin menangis, tetapi ia menahannya. Dengan keadaan seperti itu ia masih bisa mengeluarkan senyuman polosnya yang membuat hati semua orang luluh bila melihatnya. Radit menarik sebuah kacamata hitam yang menggantung dikerah bajunya, lalu mengenakannya, seolah-olah ia ingin menutupi kesedihan yang terlihat dimatanya.
Hati Denis seperti disayat-sayat silet saat mendengar ucapannya, sakit sekali rasanya. Ia bingung perasaan apa yang tiba-tiba muncul ini. Semakin Denis membenci Radit, semakin ia tidak ingin kehilangannya.
"Aku harap kita masih bisa berteman dan bisa bertemu lagi! Aku balik dulu ya!" ucapnya sambil membuka pintu mobil.
"Kalau lo keluar dari sekolah ini, gue bersumpah lo nggak akan pernah bisa liat gue lagi" ucap Denis menahan emosi dengan mata yang berkaca-kaca.