I Will Always...

Wildan Ravi
Chapter #9

Who Is She?

Arya tertidur pulas setelah diperiksa oleh Dokter dan diberi obat. Denis duduk disampingnya sambil menggenggam tangannya. Sedangkan Tere berdiri di belakang sambil menggenggam pundak Denis.

"Kenapa bisa jadi kacau begini ya Nis?" tanya Tere.

"Gue juga bingung Re"

"Lagian juga sih lo, udah tau mereka kayak kucing sama anjing, malah lo satuin!"

"Ya mana gue tau Re bakal jadi kayak gini. Maksud gue kan, hubungan gue sama Radit udah baik, karena dia udah baik banget sama gue, jadi ya gue pengen dia dan Arya bisa akur gitu"

"Kayaknya bakalan susah buat akur Nis, lo kan tau si Radit suka sama lo"

"Tapi kan gue cuma nganggep dia temen, nggak lebih"

"Hm... Tapi gue heran, nggak mungkin kali kalo si Radit mukulin Arya tanpa sebab"

"Kok lo malah belain Radit sih Re? Jelas-jelas si Radit itu nggak waras. Jadi nggak perlu ditanya lagi" ucap Denis sedikit kesal.

"Iya sorry deh, tapi nggak ada salahnya kan kalau ditanya dulu?"

"Hm... Iya nanti gue tanya"

Keesokan harinya, saat Denis masih terlelap sambil terus menggengam tangan Arya, tiba-tiba ia merasakan genggaman tangan Arya semakin kuat hingga membuatnya terbangun.

"Selamat pagi!" sapanya.

"Kamu udah sadar yank? Gimana keadaan kamu?" tanya Denis dengan wajah cemas.

"Udah lebih baik, tapi masih sedikit pusing"

"Ya udah, kamu istirahat aja ya sayang!"

"Iya, kamu nggak sekolah yank?"

"Ya nggak mungkinlah aku bisa serius belajar, sementara pacar aku lagi terkapar di rumah sakit"

"Makasih ya yank! Tapi kamu nggak perlu sampe ngorbanin sekolah kamu" Denis hanya mengganggukan kepala dan tersenyum.

"Ting... Tung..."

Tiba-tiba handphone Arya yang berada di atas meja di dekatnya berbunyi. Ia mencari sumber suara, lalu mengambilnya dan membaca sebuah pesan di dalamnya. Raut wajah Arya berubah setelah membaca pesan tersebut.

"Pesan dari siapa yank?" tanya Denis penasaran.

"Dari nyokap. Ya udah yank, mendingan kamu sekolah aja, mumpung masih jam 7" paksanya sekaligus mengalihkan pembicaraan.

"Yah, aku kan mau jagain kamu"

"Aku nggak apa-apa kok. Ortu aku juga sebentar lagi mau dateng. Jadi kamu masuk sekolah aja ya sayang!" paksanya sedikit merayu.

"Hm... Iya deh" ucap Denis sedikit kesal sambil mencibir.

"Nah gitu dong"

"Ya udah, aku pergi dulu ya!" pamitnya lalu mencium kening Arya.

Saat berjalan dilorong rumah sakit, Denis berpapasan dengan seorang cewek yang wajahnya tidak asing baginya, tetapi ia lupa pernah melihatnya dimana. Cewek itu pun melihat ke arah Denis, tetapi dengan tatapan dan senyuman yang sinis, seolah ia kenal dengannya. Setelah melewati cewek itu, Denis bertemu Tere yang dari tadi menghilang.

"Dari mana aja lo?" tanyanya.

"Dari kantin Nis, laper banget gue" jawabnya sambil memperhatikan Denis yang telah rapih dengan membawa tas. "Lo udah mau balik?" tanyanya heran.

"Iya, si Arya nyuruh gue sekolah"

"Oh, ya udah lo tunggu di sini bentar ya! Gue mau pamitan sama Arya dulu" ucapnya lalu pergi.

Tidak lama kemudian, Tere kembali dengan raut wajah yang aneh. "Udah pamitannya?" tanya Denis, tetapi Tere hanya terdiam dengan kepala menunduk dan raut wajah seperti sedang berfikir. "Re, lo udah pamitannya belom? Kok ditanya diem aja sih?" tanyanya lagi heran.

"Eh, iya udah" jawabnya setelah tersadar dari lamunannya. "Lo jadi masuk sekolah?" tanyanya.

"Jadilah, lagian gue bete di rumah. Sekalian gue mau tanya-tanya soal masalah kemaren sama si cowok gila itu"

Denis dan Tere pulang ke rumah masing-masing. Setelah mandi dan bersiap-siap, Denis berangkat ke sekolah. Tetapi sesampainya di sekolah, Radit sama sekali tidak terlihat batang hidungnya.

"Kayaknya si Radit nggak masuk Nis" ucap Tere.

"Iya, takut kali dia ketemu gue"

Begitu juga hari-hari berikutnya, Radit tidak masuk sekolah. Terlintas perasaan cemas di hatinya. "Apa gue terlalu kasar membentaknya? Kayaknya nggak deh. Disisi lain dia memang udah kelewatan dan dia memang pantas mendapatkan itu" bisiknya dalam hati.

Disuatu pagi yang cerah, saat Denis sedang mengobrol bersama Tere di kelas, tiba-tiba sesosok tangan muncul menutupi kedua matanya.

"Aduh, siapa sih nih?" ucapnya kesal. Setelah tangan itu terlepas, ia terkejut saat melihat orang yang melakukannya. "Arya!"

"Hai!"

Lihat selengkapnya