Denis masih terbaring di tempat tidurnya. Hari ini ia sama sekali tidak memiliki semangat untuk berangkat ke sekolah, apa lagi pasti nanti ia akan bertemu dengan Arya di sana. Saat sedang melamun di dalam lilitan selimut, terdengar pintu kamar diketuk.
"Siapa?" tanyanya dari dalam kamar.
"Ini aku Radit"
"Ya ampun, ngapain dia ke sini?" ucapnya sambil bergegas merapikan diri dan mencari kacamata hitam untuk menutupi matanya yang sembab. "Tunggu sebentar Dit!" Teriaknya. "Ada apa?" tanyanya setelah membuka pintu kamar.
"Aku mau jenguk kamu, habis kamu nggak masuk sekolah"
"Gue nggak apa-apa kok"
"Terus itu kenapa?" tanyanya sambil menunjuk kacamata yang Denis kenakan.
"Oh ini, gue cuma iseng aja" jawabnya sedikit gugup.
"Kita jalan yuk Nis!"
"Jalan kemana?"
"Udah ikut aja biar kamu nggak bete"
"Ya udah, gue siap-siap dulu ya"
Setelah siap mereka pun berangkat."Kenapa kacamatanya dipakai terus Nis? Lepas aja kali!" tanyanya sambil menyetir saat dalam perjalanan.
Dengan perlahan Denis menurunkan kacamata yang ia kenakan. Radit pun tertawa saat melihat apa yang terjadi dibalik kacamata itu.
"Kok lo ketawa sih?" tanya Denis kesal.
"Abis mata kamu bengkak begitu. Kamu nangis semaleman?"
"Iya, emang kenapa? Namanya juga cewek" ucapnya mencibir.
"Iya deh yang lagi patah hati. Maaf ya!" ucapnya sambil mengacak-ngacak rambut Denis dengan satu tangannya.
Setelah cukup lama dalam perjalanan, mereka pun sampai disebuah tempat. Ternyata Radit membawa Denis ke sebuah tempat hiburan. Mereka bermain bermacam-macam permainan yang membuat Denis menjadi senang disana, sehingga untuk sejenak ia dapat melupakan semua masalah yang menimpa dirinya. Disana mereka bercanda gurau, tertawa bersama dan tanpa sadar mereka semakin dekat, tetapi sayangnya kedekatan mereka tak berlangsung lama.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Radit.
"Gue pesen..."
"Eit, biar aku aja yang pesenin!"
"Emang lo tau apa yang gue suka?" tanyanya menantang.
"Kamu itu suka nasi goreng special, yang pedes, telornya di dadar, sayurannya sedikit dan kerupuknya yang banyak. kalau minumnya kamu lebih suka lemon tea. Bener nggak?" jawabnya dengan yakin.
Denis hanya bisa terdiam sambil menatap wajahnya, karena ia bingung mengapa Radit bisa tau tentang dirinya sedalam itu.