I Will Always...

Wildan Ravi
Chapter #12

Dinna

Saat Denis masih tertidur lelap, terdengar suara kicauan burung-burung yang sangat merdu menikmati indahnya pagi. Denis pun terbangun karena ia tidak ingin melewati indah dan sejuknya pagi hari di puncak. Ketika ia membuka jendela untuk menghirup udara segar, beberapa petani yang sedang berjalan dengan membawa cangkul langsung berlari saat melihat kearahnya. Ia bingung dengan kening mengkerut saat melihat kelakuan para petani itu.

Papa Denis adalah orang yang cukup dikenal di desa ini, karena Papanya memiliki beberapa sawah dan perkebunan. Denis memutuskan untuk berlari pagi sambil menyapa penduduk sekitar. Saat baru beberapa langkah berlari, ia menyapa seorang wanita yang sedang lewat, dan reaksi yang sama yang dilakukan para petani tadi dilakukan juga oleh wanita itu. Wanita itu terkejut lalu lari saat melihat dirinya, dan begitu seterusnya, saat Denis menyapa orang-orang yang lewat mereka lari dan menjauh darinya.

"Apa ada yang salah dengan gue?" ucapnya bingung.

Denis mampir ke sebuah warung untuk membeli keperluan sehari-hari, dan orang-orang di warung pun menjauhinya. Setelah selesai mengambil belanjaan, ia menghampiri penjaga warung untuk membayar.

"Mbak, kok orang-orang pada ngejauhin saya ya? Emang ada yang salah sama saya?" tanyanya kepada penjaga kasir.

Saat melihat Denis, wajah penjaga warung menjadi pucat, badannya bergetar, sangat jelas kalau ia ketakutan.

"Loh mbak, kok tegang begitu? Saya kan cuma nanya" ucap Denis heran.

"Sa-saya ng-nggak tau mbak" jawabnya tergagap-gagap.

"Ah, orang-orang disini pada aneh" ucapnya sambil membayar dan mengambil belanjaannya.

Sesampainya di villa, Denis langsung membersihkan diri. Setelah itu mengambil beberapa snack lalu duduk manis di depan TV. Karena tidak ada acara yang bagus, ia memutuskan untuk menonton DVD. Setelah memilih-milih film dari lemari di bawah TV, Denis membuka DVD Playernya, dan ketika DVD Player itu terbuka, ia menjadi bingung, karena sudah ada sebuah CD di dalamnya. Karena penasaran, ia menyalakan CD yang ada di dalam DVD player tersebut.

Ternyata CD itu adalah semacam film dokumentasi masa kecilnya. Ia bingung saat melihat film itu, karena di dalam film tersebut, ada dua anak kecil yang wajahnya mirip mengenakan baju berwarna pink dan biru. Denis yakin sekali anak kecil yang mengenakan baju berwarna biru itu adalah dirinya. Karena rambut anak itu pendek sebahu dan Denis memang tidak pernah memanjangkan rambutnya. Tetapi yang menjadi pertanyaan, siapa anak kecil yang mengenakan baju pink dengan rambut panjang terurai itu. Denis pun terkejut saat Mama memanggil nama kedua anak itu. Nama kedua anak itu adalah "DENIS dan DINNA". Denis sudah pasti dirinya, tapi siapa Dinna. Pikirannya pun langsung tertuju pada mantan Radit yang bernama Dinna yang wajahnya mirip dengannya.

"Apa benar gue punya saudara kembar? Dan apa benar Dinna lah saudara kembar gue?" bisik Denis dalam hati.

Dadanya terasa sesak, saat mengetahui kalau dirinya memiliki saudara kembar yang tidak pernah ia jumpai. Air matanya pun mengalir dengan derasnya saat terus melihat film dokumentasi itu.

Denis terdiam sejenak sembari berfikir. "Jangan-jangan" ucapnya saat teringat kamar berpintu merah muda disamping kamarnya.

Denis segera berlari menuju kamar tersebut. Sesampainya disana, dengan sekuat tenaga dan penuh emosi ia mendobrak pintu kamar itu, dan setelah bersusah payah akhirnya pintu itu terbuka. Tidak beda jauh dengan kamar sebelah miliknya, nuansa serba merah muda, foto-foto masa kecil Dinna tertata rapi di dalamnya. Tetapi ada satu foto yang berbeda dari foto-foto yang lain. Foto itu ada di atas meja dan di dalam foto itu Dinna tidak terlihat seperti anak kecil, melainkan dia sudah dewasa. Denis melangkah perlahan menuju foto itu, mengambilnya lalu memeluknya.

"Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kenyataan ini begitu mendadak datangnya? Dan kenapa Papa menyembunyikan semua ini dari gue?" ucapnya sambil menangis terisak-isak.

Denis menangis di sudut kamar sambil memeluk foto itu dengan erat. Di luar hujan turun dengan derasnya. Denis merasa sepertinya alam pun mengerti isi hatinya yang sedang hancur ini. Denis berlari menuju kamar untuk mengemasi barang-barangnya. Tidak lupa ia membawa film dokumentasi dan beberapa foto Dinna. Denis berlari menuju pintu keluar, dan saat ia membuka pintu, dihadapannya berdiri sesosok tubuh yang tidak asing baginya dengan keadaan tubuh yang basah kuyup.

Lihat selengkapnya