Seorang wanita sedang bercanda gurau bersama Radit di tepi pantai. Wajahnya cantik, anggun dan penuh pesona. Sangat berbeda dengan Denis, walaupun wajahnya serupa, tapi Denis yakin wanita itu bukanlah dirinya. Sudah pasti wanita itu adalah Dinna, karena ia terlihat lebih feminim. Denis memperhatikan mereka dari kejauhan, mereka bercanda gurau dan tertawa bersama-sama, mereka berdua terlihat sangat bahagia. Dengan langkah kakinya yang anggun, Dinna menghampiri Denis. Mereka saling berpandangan, lalu Dinna memeluknya dengan erat.
"Sayangi Radit ya!" bisiknya lalu melepaskan pelukannya. "Sayangi Radit seperti aku menyayanginya. Dia orang yang sangat berarti buat ku. Kamu tau, aku bahagia bisa bertemu dengannya, aku bahagia bisa mencintainya dan aku bahagia dulu bisa memiliki orang seperti dirinya. Tetapi sekarang, aku akan lebih bahagia lagi kalau kamu bisa bahagia dengannya" ucapnya sambil memegang pundak Denis.
Setelah mengucapkan kata-kata yang sangat menyentuh buat Denis, lama kelamaan tubuh Dinna memudar lalu menghilang.
"DIINNAAA..." teriak Denis.
Denis terbangun dari tidurnya dan ternyata semua itu hanyalah mimpi. Mungkin ini mimpi terindah baginya, karena ia bisa bertemu dengan belahan jiwanya yang telah lama menghilang walaupun hanya lewat mimpi.
Kata-kata Dinna terpikirkan terus di dalam pikiran Denis. "Apakah mungkin itu sebuah amanat darinya?"
Denis mengambil handphone lalu menelfon Radit untuk memintanya datang ke rumah. Ia segera merapikan diri lalu mengenakan pakaian serba hitam, dan tidak lama kemudian Radit pun datang.
"Kamu ngapain pake baju item-item gitu? Kayak mau ziarah aja" Tanyanya bingung.
"Nanti gue ceritanya di jalan aja" ucap Denis lalu masuk ke mobil. "Dit, Lo udah pernah ke villa itu kan sebelumnya?" Radit terdiam sambil mengendarai mobilnya. "Jawab gue Dit!"
"Iya benar, kamu sudah tau semuanya?"
"Gue udah tau semuanya Dit, gue juga baru tau gue punya saudara kembar"
"Hm... Jadi kalian kembar?"
"Kamu baru tau?"
Radit mengganggukan kepala "Dinna nggak pernah cerita, atau mungkin belum sempat untuk cerita" tiba-tiba Radit menggenggam tangan Denis dengan satu tangannya. "Maafin aku ya Nis, aku nggak bisa menjaga saudara kamu dengan baik"
Denis menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa kok Dit. Ngomong-ngomong boleh gue tau cerita lebih jelasnya?"
Radit menarik nafas panjang. "Kejadiannya dua tahun yang lalu, saat aku dan dinna masih kelas satu SMA, kami memutuskan untuk bertunangan karena kami sudah 3 tahun berpacaran sejak kelas satu SMP dan setelah lulus sekolah kami berencana untuk menikah. Tetapi saat aku dan Dinna sedang dalam perjalanan menuju villa, tiba-tiba hujan deras. Jalanan pun menjadi licin dan penuh kabut, sehingga aku nggak sadar kalau telah salah jalur dan aku nggak melihat ada sebuah truk dihadapan kami. Dan akhirnya kecelakaan pun nggak bisa dihindari. Setelah itu kami segara dilarikan ke rumah sakit terdekat, dan itu terakhir kalinya aku melihat Dinna, karena setelah itu aku koma selama satu minggu. Saat sadar dari koma, yang aku cari hanyalah Dinna, tetapi aku nggak bisa bertemu dengannya lagi, bahkan untuk sekedar meminta maaf" ucapnya dengan air mata yang menggenang di matanya, lalu ia kembali menarik nafas panjang seperti ingin melegakan dadanya yang terasa sesak.
"Maaf kalau gue udah membuat lo mengingat masa lalu?"
"Iya nggak apa-apa kok, lagian kamu juga berhak tau kejadian yang sebenarnya"
Mereka terdiam sejenak. "Dit, lo tau kenapa gue pakai baju kayak gini?" Radit menggelengkan kepala. "Karena gue ingin lo nganterin gue menemui Dinna"