"Dit, apa lo tau tentang keberadaan Nyokap gue? Setelah meninggalnya Dinna, bokap gue nggak tau keberadaannya"
"Maaf, aku nggak tau Nis" Denis tertegun mendengarnya. "Tapi, gimana kalau kita cari nyokap kamu?"
"Cari gimana maksudnya?"
"Ya kita cari aja. Tanya-tanya sama orang-orang ditempat tinggalnya yang dulu, gimana?"
"Ide bagus tuh! Ya udah, kita mulai besok aja ya pencariannya"
Keesokan harinya, Denis dan Radit pergi menuju rumah yang dulu sempat ditinggali oleh Dinna dan Mama sebelum Dinna meninggal. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, tibalah mereka disebuah rumah yang cukup besar. Orang-orang yang lewat disekitar rumah menatap Denis dengan tatapan yang aneh. Ia tidak terlalu memikirkannya, karena ia yakin mereka menyangka Denis adalah Dinna.
"Ini rumahnya?" tanya Denis. Radit menganggukan kepala. "Apa Mama masih tinggal di sini?"
"Rumah ini sudah dijual sama Mama kamu"
"Kenapa dijual?"
"Begini ya Nis, setau aku setelah Dinna meninggal, Mama kamu jadi stres, dia sering minum-minum dan nggak peduli lagi sama perusahaannya. Hingga akhirnya Mama kamu bangkrut dan menjual rumah ini beserta isinya, dan setelah itu aku nggak tau lagi"
Bel ditekan, dan pemilik rumah pun keluar. "Selamat siang Pak!" Sapa Denis dan Radit.
"Iya, siang. Ada perlu apa ya?"
"Begini Pak, kami ingin bertanya soal Ibu Mona, pemilik rumah ini sebelum Bapak. Apa Bapak mengetahui keberadaannya sekarang ada dimana?" tanya Radit.
"Oh, Ibu Mona. Iya saya tau, kalau tidak salah saya masih menyimpan alamat barunya. Tunggu sebentar ya!" ucapnya lalu masuk kembali ke dalam rumah.
Mendengar hal itu, Denis menjadi sangat senang, dan ia menjadi sangat tidak sabar untuk menemuinya. Tidak lama kemudian, Pemilik rumah tersebut memberikan mereka secarik kertas yang terdapat alamat rumah Mama di dalamnya. Setelah berpamitan dan berterima kasih, mereka pun langsung menuju alamat yang telah diberikan.
Sesampainya disana, Denis dan Radit melihat ada 3 orang yang sedang mengobrol di depan rumah yang lebih kecil dari rumah Mama sebelumnya. Satu orang berbadan besar dan sudah terlihat tua, dua lainya bertubuh tegap dan kekar, layaknya seorang algojo.
"Permisi Pak" Sapa Denis dan Radit.
"Iya, ada perlu apa?" jawab orang yang berbadan besar dan tua.
"Kami ingin mencari Ibu Mona. Ada Pak?" tanya Radit.
Mendengar nama Mama, wajah orang tersebut langsung menunjukan kemarahan.
"Mona? Memangnya ada hubungan apa kalian dengan wanita penipu itu?"
Mendengar hinaan itu, Denis berusaha meredam emosinya. "Maksud Bapak apa bicara seperti itu? Saya anaknya, Bapak sendiri siapa?" tanya Denis.
"Oh, jadi kamu anaknya. Saya adalah Pak Broto, pemilik rumah ini yang baru" jawabnya dengan sedikit emosi.
Saat Radit melihat wajah Denis yang emosi, ia menggenggam pundak Denis, agar menenangkan dirinya.
"Begini ya Pak, kami hanya ingin bertanya dimana keberadaan Ibu Mona sekarang. Apa Bapak tau?" tanya Radit dengan penuh kesabaran.
"Kalian tau, Mona telah berhutang kepada saya 500jt, setelah itu dia menghilang begitu saja meninggalkan rumah ini, tetapi dengan rumah ini saja masih belum cukup untuk melunasi hutangnya" ucapnya sambil menghisap sebuah cerutu yang dia ambil dari saku kemejanya.
"Lalu dimana Ibu Mona sekarang?" tanya Radit.
"Ya mana saya tau. Kalau pun tau, pasti dia sudah saya bunuh"
Amarah Denis yang sudah ia tahan langsung mencapai titik didih saat mendengar ucapan Pak Broto. Tanpa pikir panjang, Denis langsung melayangkan bogem mentah kewajahnya, disertai cacian dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutnya. Melihat kejadian itu, dengan cepat kedua algojo Pak Broto menyeret Denis dan Radit keluar dari rumah tersebut. Radit pun langsung menarik Denis agar menjauh dari rumah itu.