I Will Always...

Wildan Ravi
Chapter #17

Always Beside You

Mama dan Papa, itulah yang pertama kali Denis lihat saat ia siuman. Wajah mereka terlihat sangat sedih dan khawatir.

"Mah! Pah!" ucapnya dengan suara yang pelan.

"Mama ada di sini nak, kamu sudah siuman? Gimana keadaan kamu?" ucap Mama sambil memeluknya dan menangis.

"Aku sudah lebih baik kok Mah"

"Syukurlah kalau begitu" ucap Papa.

"Sudah berapa hari aku tidak sadarkan diri?"

"Sudah 3 hari"

"Mah! Pah! Radit mana? Apa dia baik-baik saja?" Mama dan Papa terdiam.

Melihat ekspresi wajah mereka, ia tau kalau Radit tidak baik-baik saja. Dengan sekuat tenaga ia bangun dan segera beranjak dari tempat tidur.

"Mau kemana kamu?" tanya Mama sambil menahannya.

"Lepasin aku Mah! Aku mau lihat keadaan Radit"

Dengan sekuat tenaga Denis melepaskan diri dari Mama.

Saat kakinya menapak ke lantai, ia terjatuh, mungkin dikarenakan kondisinya yang belum pulih benar. Dengan cepat, Mama dan Papa menghampirinya yang sedang tersungkur dilantai.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Mama panik.

"Aku hanya ingin melihat keadaan Radit Mah" jawabnya sambil berusaha untuk berdiri.

"Baiklah, Mama akan ambilkan kursi roda untuk kamu"

Setelah Mama mengambilkan kursi roda, ia langsung dibawa ke sebuah kamar, dan disana terlihat Radit yang masih terbaring dan belum sadarkan diri. Denis langsung mendekap tangan Radit dan menciuminya.

"Dit, maafin aku! Kamu nggak boleh ninggalin aku seperti ini! Kamu harus terus berjuang Dit, biar kita bisa melanjutkan pertunangan kita" Air matanya tak terbendung lagi, begitu juga Mama dan Papa, tetapi raut wajah Mama dan Papa berubah saat mendengar ucapan Denis yang terakhir.

"Denis, apa maksud ucapan kamu tadi?" tanya mama.

"Denis? Aku bukan Denis" tanyanya bingung.

Mama dan Papa saling bertatapan dengan raut wajah bingung. "Denis, Mama tidak sedang bercanda" bentak Mama.

"Aku bukan Denis Mah, Aku Dinna"

Ia tau Mama sangat terkejut sekaligus bingung mendengar ucapannya, terlihat sangat jelas dari raut wajahnya. Tetapi ia juga bingung, kenapa Mama bertingkah seperti itu.

"Apa maksud kamu Denis?" tanya Mama dengan nada suara yang semakin keras.

"Aku Dinna Mah"

"CUKUP DENIS!" bentak Mama dengan mata melotot.

Ia terdiam, karena ia bingung dengan sikap Mama. Sebenarnya apa yang telah terjadi selama ia tidak sadarkan diri.

Lihat selengkapnya