Hayyah POV.
Aku sengaja mondar-mandir dari kamar ke dapur hanya untuk memeriksa apakah dia sudah tidur atau belum. Aku ingin sekali berbicara panjang lebar dengannya malam ini, tapi dia terlihat sibuk dengan tablet lipat itu. Aku tidak tahan lagi, aku akan memulainya!
"Kak, boleh tanya sesuatu tidak?"
Ais sama sekali tidak melepas pandangnya dari laptop "Iya dek, boleh. Apa itu?"
"Kakak punya Id Acebuk?" kataku penuh harap, lalu Ais terdiam dan menatapku "Tidak. Saya tidak punya"
Aku tersenyum palsu padanya, dan pergi ke kamarku. Hatiku sangat kecewa mendengar jawabannya. Aku tidak habis pikir, manusia mana yang tidak mempunyai akun media sosial di zaman sekarang ini? Memangnya selama ini dia hidup di gua?
Aku terus terngiang-ngiang dengan kejadian dua hari terakhir bersamanya. Tapi dia seperti menganggap semua itu tidak pernah terjadi. Apa cuman aku yang seperti ini? Hey, what happen? Kenapa aku jadi memikirkannya. Aaagghhh!!
Malam berlalu. Hari ini aku pergi ke sekolah seperti biasa, belajar, bertemu teman-teman, makan di kantin, dan pulang naik ojek. Aku mendapati Ais memakai jaket, sepatu, helm, dan tas punggungnya. Dia mau pulang? Aku berlari menghampirinya.
"Kak mau kemana? Sudah mau pulang?"
"Iya" jawab Ais. Aku hanya terpaku melihatnya berjalan dan hendak mengambil motornya. Ibunya masih di dalam rumahku. Aku duduk di depan pintu dan menyilangkan tanganku. Aku berpikir tentang Ais, aku tak memiliki kontaknya, Id media sosialnya, atau apapun itu untuk menghubunginya. Mengapa sebegitu singkatnya?
Ibunya dan Umma keluar dari dalam rumah, aku menghalangi jalan mereka dan melamun hingga tidak menyadari kehadiran mereka.
"Kami pamit pulang ya, Bu Rani makasih banyak ya sudah banyak membantu" kata Bu Sarah.
"Iya sama-sama. Kalau butuh bantuan lagi, jangan segan-segan ya Bu" kata Umma sembari menjabat tangan Bu sarah.