Terkapar dengan sejumlah kain yang membelit tubuhnya, matahari telah berada di titik puncaknya. Sudah 14 jam dia tertidur pulas.
"Tubuhku terasa sakit, berbaring seharian, tapi mataku menolak untuk melihat cahaya" kalimat itu terbesit seketika di alam bawah sadar gadis yang berusia hampir 14 tahun itu. Hari itu tidak berbeda dari hari biasanya. Tapi terasa aneh bagi Hayyah. Pemandangan di luar rumah terlihat biasa saja, semuanya tampak normal. Jalan bebatuan, pagar tak bercat, dan pohon rambutan yang rindang.
"Ah! Jangan suara bising itu lagi!" kata Hayyah lirih.
"Kenapa tukang bangunan itu sangat berisik?!"Hayyah berteriak!
Dia menoleh keluar jendelanya. Ternyata tidak ada seorangpun yang tampak. Hanya mimpi di siang bolong. Tiba-tiba, sosok parubaya berlari menuju kamarnya, langkah itu semakin jelas dan seketika membanting pintu!!
"Yaya!! wake up nak!!"
"lho, Abah kenapa? Jangan bilang ada yang tidak beres".
Dengan nada cemas, Hayyah melototkan pupil matanya. Alih-alih cemas, Abahnya malah tertawa melihat ekspresi kaget sang anak. Cukup lama ia tertawa tapi kembali lagi ke wajah sangarnya.
"Aduh, umma kamu itu teledornya minta ampun. Ini rekening banknya kelupaan. Secepatnya kamu antar, umma sudah menunggu disana" kata Abah
"Eh, sabar abah. Aku belum mandi, mandi dulu ya?"
Hayyah langsung berdiri tapi sempoyongan, rambutnya bak sapu ijuk, penampilannya kucel, ditambah iler tipis melengkung di wajahnya saling beriringan.
"Jangan! kamu antar ini dulu terus kamu mandi setelah pulang dari sana. Ayo cepat!" Abah menaikan nada suaranya.
Hayyah punya trauma kecil ketika mendengar bentakkan Abahnya. Jadi, tanpa banyak berkata, Hayyah beranjak dari tempat tidurnya.
"CUCI MUKA! IKAT RAMBUT!! BEDAK!! Ah.. Tidak perlu bedak.. Jaket, helm, Eh tunggu minum sebentar" glup, glup, glup..
"Abah, aku pergi dulu, Assalamu'alaikum", teriaknya dari atas motor.
"Iyaaa! Waalaikumussalam. Be carefull nak!" Abah membalas.