Pria itu memperhatikan Hayyah sedari datang hingga pulang kembali. Dengan segelas teh hangat di tangannya, ia tak berhenti menatap Hayyah yang menyantap bakso dengan lahapnya. Sesekali dia tertawa mendengar seruputan bihun milik Hayyah, kuahnya terciprat kemana-mana.
"Seperti inikah anak kota pada umumnya?" ia berkata dalam benaknya dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. Kemudian, Hayyah pulang dengan terus memegangi perutnya karena kekenyangan.
"Aku balik duluan ya Umma, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam", jawab pria itu melirik Hayyah.
"Itu anak ibu yang ke berapa kalau boleh tau?", tanya wanita parubaya menatap Umma dengan serius
"Yaya? Dia putri sulung saya, masih SMP. Maklum kelakuannya masih kekanak-kanakan." Jawab Umma. "Bu Sarah dan anak ibu rencana mau berapa hari di sini?", lanjutnya
"Kalau itu kami juga belum tau, tergantung kapan KTP anak saya keluar. Kalau lama, kami akan balik ke kampung dulu", kata Ibu Sarah.
"Kalau ibu mau, menginap saja di rumah saya. Saya juga bisa bantu urus KTP anak ibu, kebetulan saya punya kenalan di DUKCAPIL", tawar Umma
"Terima kasih banyak Bu Rani, maaf jadi merepotkan" balas Bu Sarah.
Kedua wanita itu semakin akrab dengan obrolan-obrolan kecil mereka. Pria yang ternyata anak Bu Sarah hanya dapat menyimaknya.
"Lho, aku bakal menginap di rumah anak kota itu?" gumamnya lalu segera menghabiskan tehnya. Selang 5 menit, pria itu mencarikan ojek untuk Umma agar bisa pulang. Setelah beberapa menit akhirnya ojek ditemukan.
"Perumahan Kayu Agung ya, Pak" kata Umma kepada tukang ojek.
Perjalanan dari warung makan tadi lumayan jauh dari rumah Hayyah. Beruntung matahari sudah agak turun.
"Nah, Bu Sarah, ini rumah saya. Tidak terlalu besar" kata Umma sembari turun dari motor.
"Nak, parkirkan motor kamu di samping sana, kalau mau masuk langsung lewat pintu samping saja. Tidak apa-apa", Umma berteriak sedikit. "Ayo, Bu, masuk" lanjut Umma
Pria itu memarkirkan motornya di bawah pohon rambutan, membuka helmnya, dan bergegas masuk ke dalam rumah. Tapi dia malah di sambut dengan pasir, debu, sampah, dari dalam rumah tersebut.
"Astaghfirullah!! Kok kamu tiba-tiba muncul!?"
Tangan Hayyah gemetaran, pupil matanya melebar, dan terdiam untuk sejenak. Pasalnya dia terlalu semangat mengibaskan semua kotoran itu sehingga mengenai celana dan sepatu putih pria itu.
"Astaga, jadi kotor, ma, ma, maaf, maaf" kata Hayyah gemetar.