Iam Young Teacher

Kurnia Maya Sari
Chapter #1

#1 Akhirnya Wisuda!

Perlengkapan alat make up kini berjejer di atas nakas meja kecil di kamar kos yang tidak terlalu besar itu. Sedari Subuh gadis itu berada di depan cermin. Jemarinya yang lentik begitu lihai, menyapu bagian kelopak mata dengan eyeshadow berwarna pastel. Matanya yang tidak terlalu besar ia pertajam dengan goresan eyeliner. Setelah selesai pada bagian mata, kini bibirnya diberi polesan lipstik berwarna natural, tentu saja bukan merah. Karena, ini make up untuk prosesi wisuda, bukan resepsi wisuda baju merah yang dikenal masyarakat Minang dengan sebutan "Baralek" atau menikah.

Gadis itu selalu mandiri. Di saat banyak teman temannya menggunakan jasa MUA, ia lebih memilih untuk merias dirinya sendiri, dengan alasan, kalau menggunakan jasa MUA hasilnya terlalu berlebihan, foundation tebal dan sungguh sangat cantik. Bukannya ia tak ingin terlihat cantik, tapi ia hanya ingin terlihat natural saja. Alasan kedua tentu menghemat pengeluaran, gadis itu berpikir, selagi bisa dilakukan sendiri, apa salahnya? Lagipun ia juga mengerti sedikit terkait dengan riasan.

"Selesai!" ujarnya menatap pantulan dirinya di depan cermin.

"Yok, berangkat!" sapa Ica yang sedari tadi menunggu sahabatnya itu selesai bersolek. Ica merupakan sahabat Dinda sejak masa SMA.

"Makasih banget, loh. Gue ga nyangka lo beneran datang ke wisuda gue. Bahkan, sampai nginep di kos. Padahal lo juga lagi kuliah, kan. Rela ngambil jatah libur demi gue. Thanks banget, yah!" Dinda memeluk Ica dengan senyum sumringah. Tuhan benar-benar baik padanya karena telah mempertemukan dia dengan Ica. Sejauh ini, Icalah yang mengerti dan tahu bagaimana Dinda. Tak ada yang di tutup tutupi. Ica selalu ada begitu pun juga Dinda berusaha selalu ada untuk Ica.

"Iya ga papa. Rela gue dari Bukittinggi ninggalin kuliah demi, lo! Udah ah, jangan lebay! Yuk, berangkat!"

Mereka keluar dari kos menuju kampus. Jalanan sudah sangat ramai, dipenuhi dengan kendaraan roda empat maupun roda dua. Wajar saja, jumlah wisudawan dan wisudawati saja banyak, apalagi ditambah dengan sanak saudara yang juga turut serta merayakan.

"Macet nih! Kalau mesan maxim, Bisa telat nanti, gimana, ya?" ujar Dinda.

"Jalan kaki, aja yuk!" saran Ica.

"Sepertinya tidak ada opsi lain. Baiklah."

***

Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya mereka sampai di depan gedung rektorat. Mereka duduk di sana menunggu keluarga Dinda datang. Sembari menunggu, Dinda dan Ica asik berfoto.

"Lihat hasilnya, dong," pinta Dinda, Ica pun mendekat memperlihatkan hasil jepretannya.

"Gimana? Bagus, kan hasil jepretan gue?!"

"Iya, bagus. Eh, udah hampir jam sembilan, nih. Kok belum datang juga, ya?" Dinda cemas karena sebentar lagi para wisudawan dan wisudawati harus masuk ke auditorium bersama dengan orang tua masing-masing.

Lihat selengkapnya