Ian's Stories: My True Happines

Muh Fajrin
Chapter #2

KEMIRIPAN DAN AWALKU MENGENALNYA

 Tanggal 9 maret 2005.

  Hari dimana aku dan kakakku terlahir. Wajah yang sama saat hari kelahiran kami. Bagi orang tuaku, adalah hal yang paling membahagiakan saat mengetahuinya, layaknya mereka mendapatkan sebuah rezeki nomplok dalam hidup mereka.

 “Mereka kembar seiras Sayang. Mulai sekarang aku adalah ayah.”

 “Kamu terlalu bersemangat sayang. Lihat, mereka masih tidur. Kalau kamu terlalu bersemangat begitu, nanti mereka bangun.”

“Ma-Maaf sayang.”

 Kudengar dari orang-orang yang bersama dengan orang tuaku pada hari kelahiranku. Candaan dan kebahagiaan adalah kurang lebih percakapan dan suasana saat itu. Ketika mereka berdua melihat wajah dariku dan saudaraku yang saat itu masih tertidur.

 Sedangkan orang-orang lain yang bersama orang tuaku. Dari mereka, mereka sangatlah takjub dan terkesan. Memberikan selamat ke orang tuaku. Dan hal baik lainnya yang semua itu terjadi saat kelahiran aku dan kembaranku pada tanggal itu.

 “Oh yah, untuk nama anak kalian. Kalian kasih nama apa?”

 “Untuk anak kami. Yang kakaknya namanya Julian. Dan adeknya…”

 “Julan.”

 Nama yang diberikan oleh Ayah dan Ibuku.

Kepada aku dan kakakku.

Sebuah nama yang merepresentasikan akan kekembaranku dan kakakku. Julian dan Julan. Yang memang terdengar kembar.

 Namun bagiku, ketika diriku saat ini memikirkan akan alasan orangtuaku memilihkan namaku sebagai Julan. Mungkin saja karena, mereka berusaha untuk memiripkan nama yang sebenarnya mereka ingin berikan ke orang tuaku.

“Julian.”

 …Yang hasilnya, diantara nama-nama untuk mengembarkan nama yang diberikan oleh orang tuaku ke kakakku. Jadinya adalah namaku saat ini. Julan.

 Terdengar seperti sebuah pemikiran yang konyol, mengingat hal ini hanyalah dugaanku. Namun, meskipun memang hal itu adalah kebenarannya, dan mungkin terdengar cukup menyedihkan. akupun menganggapnya sebagai sebuah pemberian berkat mereka kepadaku. Dengan nama yang kuanggap bagus dan terdengar hebat. Yang telah orangtuaku berikan untuk diriku ini. Dan aku bangga memilikinya.

Lalu…

Waktu terus berlanjut hingga kemudian kami menginjak umur 12 tahun.

Dimana sebuah perbedaan mulai nampak dalam diri kami yang telah terlihat persis dalam bentuk fisik sampai bunyi suara kami ini.

 Bisa kukatakan, sebagian besar aspek di sifat dan perilakuku dengan kakakku adalah hal yang begitu kebalikan. Berlawanan, layaknya hitam dan putih sebagai perumpamaannya. Dalam beberapa kasus—

 Kakakku sifatnya periang, dan begitu terbuka. Sedangkan aku adalah orang yang tertutup dan tampak pendiam. Dirinya sangatlah ramah, sedangkan aku orangnya cukup cuek. Diriku orangnya yang cukup pemalu, sedangkan dirinya orang sangat percaya diri.

Lihat selengkapnya