Ian's Stories: My True Happines

Muh Fajrin
Chapter #11

MENEMUI DIRINYA YANG PALING KUBENCI

Perusahaan Alta.

 Salah satu perusahaan yang cukup besar di Kota Sipiktar.

Meskipun sebenarnya, sebelum saat ini, mereka pernah menjadi salah satu perusahaan terbesar di Kota Sipiktar, bahkan mereka bisa dianggap perusahaan multinasional dulunya.

Namun karena “Tragedi Pasar” beberapa tahun lalu. Sehingga perusahaan ini sekarang hanyalah perusahaan lokal seperti saat ini.

Dan kedatanganku ke gedung pusat perusahaan ini, karena saat ini diriku ingin menemui seseorang yang bekerja di sini. Yang tentunya orang yang kumaksud itu adalah Ian.

Menemui, mempertanyakan, dan dalam hatiku sempat memikirkan untuk memarahinya dan mengeluarkan emosiku kepadanya, apapun alasan yang disampaikannya nantinya.

Dengan menggunakan setelanku dan sepatu hitam yang biasa kugunakan untuk bekerja, sambil membawa koperku. Berada di depan gedung, diriku kemudian menghela napas. Mencoba untuk mempersiapkan diri untuk menemuinya.

Meski dari hatiku terdalam sejujurnya tidak ingin melakukan ini. Namun, untuk demi Stella, bahkan akupun lebih memilih melakukan ini. Dibanding melihat Stella dengan rasa khawatirnya yang bisa saja nanti makin menjadi-jadi

“Baik… Ayo!” mengucapkan kata-kata terakhir untuk diriku bersiap, diriku kemudian memasuki gedung tersebut.

***

“Maaf pak. Bapak siapa yah? Ada perlu apa kedatangan bapak ke sini?” tanya salah seorang security disana, ketika diriku mulai hendak masuk ke dalam gedung.

Sambil mengeluarkan kartu tanda pengenalku, aku lalu berjalan ke arah si security lalu memperlihatkan kartu tanda pengenal dari perusahaan tempatku bekerja.

“Saya dari perusahaan Magura… Saya datang ke sini karena perusahaan kami, rencananya ingin mengadakan pertemuan dengan perusahaan Alta.”

 Terdengar begitu meyakinkan dan terpercaya. Ditambah penampilanku yang begitu meyakinkan, dengan stelanku jas berwarna hitam, berdasi dan kemeja putih layaknya pakaian formal seorang pekerja kantoran. Lalu menyebut nama perusahaan yang tidak lain adalah perusahaan tempat diriku bekerja, dan dengan alasan seperti itu. Bagiku hal itu sudah cukup untuk orang akan memercayai apa yang kukatakan.

“Be-Begitu yah, pak. Maafkan saya karena telah bertanya dan menganggu bapak.”

“Tidak apa-apa.”

 Meninggalkan si security dengan ramah. Aku kemudian berjalan menuju ke cutomer service bangunan tersebut.

Saat berada di depan meja, diriku lalu berdehum. Mencoba mendapat perhatian salah seorang karyawan cutomer service disana, yang saat itu terlihat cukup sibuk.

Ketika dirinya terlihat mulai perhatiannya ke arahku, dirinya lalu berbalik dengan wajahnya seketika begitu ramah dan senyuman yang begitu lebar di mulutnya.

“Apa ada yang bisa saya bantu?”

 Layaknya saat memperkenalkan diriku pada si security tadi, aku kemudian mengeluarkan kartu pengenal perusahaanku.

“Begini, saya dari perusahaan Magura, ingin menemui tuan Julian. Terkait kerja samanya yang perusahaan kami lakukan.” 

“Ohh… Kalau begitu, saya hubungi dulu pak Julian. Mohon ditunggu sebentar.”

 Mengikuti apa yang dikatakan oleh si cutomer service, diriku kemudian berjalan menuju salah satu bangku untuk duduk. Dan dalam perjalananku, memerhatikan dengan sebentar ke arah cutomer service, terlihat dari pandanganku kalau si karyawan terlihat melakukan tugasnya dengan dirinya yang seperti sedang menelpon seseorang.

 Duduk begitu cukup lama, dengan memikirkan kata-kata saja yang ingin kusampaikan kepada Ian. Dan tanpa sadar, di pandanganku ke arah meja customer service, diriku kemudian melihat Ian yang berada disana. Seperti menanyakan ke salah satu karyawan, dan karyawan itu lalu menunjuk ke arahku.

 Yang kemudian, aku lalu memalingkan wajahku. Dengan alasan agar Ian tetap menemuiku ataupun dengan usaha untuk mencari alasan agar pertemuanku dengannya tidak dilakukan. Semakin dekat dirinya padaku, hingga akhirnya diriku kemudian memperlihatkan wajahku. Dan seketika wajahnya, sambil mendecit, memperlihatkan wajah yang begitu kesal.

 “Ternyata, dari perusahaan Magura itu, kamu yah… Julan.”

 Diriku kemudian berdiri, mencoba merapikan dasiku dan jasku. Diriku kemudian menatap ke arah Ian, dan mengatakan.

 “Bisa dibilang begitulah Ian. Tapi maaf saja, alasanku datang ke sini bukan untuk kerja sama perusahaan Magura dengan Alta.”

 Menatapku dengan wajah dingin yang seperti biasa ia lakukan, Ian lalu mengatakan.

 “Membohongi customer service dan menyampaikan alasan kerja sama perusahaan. Bisa-bisa aku bisa melaporkanmu ke security Julan, atas tindakanmu ini.”

“Aku tidak terlalu peduli. Selama aku mendapatkan jawaban darimu, atas pertanyaan yang ingin kutanyakan sama kamu, Ian.” Jawabku tegas seolah tak gentar meski apapun situasi yang kuhadapi nantinya..

Ian lalu menghela napasnya. Dengan wajahnya yang lalu terlihat agak malas, seolah menyerah atas situasi yang dihadapannya ini.

 “Baiklah terserah. Tapi, kalau kamu ingin menanyakan sesuatu, sebaiknya tidak disini. Aku tidak mau, kalau aku bercek cok denganmu disini, dan orang lain akan memperhatikan kita.”

“Aku ikut saja Ian.”

Dirinya sekali lagi menghela napasnya, yang kemudian dirinya mulai berjalan.

“Ikut aku Julan.”

Mengikuti apa yang dikatakannya, aku lalu mengikuti dirinya. Yang setelahnya, perasaan déjà vu seolah kurasakan dari kejadian ini.

Keinginanku untuk bertanya ke dirinya dan Ian yang lalu mengajakku ke tempat lain untuk berbicara ke dirinya, seolah pernah kualami sebelumnya. Yang setelah berperasaan seperti itu, seketika firasatku menjadi tidak enak akan hal yang akan terjadi ini.

Berjalan di belakangnya, perhatianku seketika tertuju terhadap keramaian di dalam gedung. Dengan orang yang berlulu lalang, yang bahkan untuk gedung pusat perusahan tempatku bekerja jarang terlihat berkegiatan seperti disini.

Lihat selengkapnya