Ian's Stories: My True Happines

Muh Fajrin
Chapter #6

HASIL YANG TIDAK KUSUKA DAN AWALKU MEMBENCINYA

Terasa begitu cepat, namun bukan berarti tidak ada proses di dalamnya.

Proses pengkaderan OSIS yang dilakukan selama seminggu setelah pulang sekolah, bisa kukatakan terasa berat, meski perkembangan yang telah terjadi pada diriku saat ini. Bahkan, hari-hari selama pengkaderan, membuatku kadang merasa bahwa diriku tidak akan terpilih atau diterima menjadi anggota OSIS.

Meski kabar baiknya adalah Ian yang tidak memiliki keinginan untuk masuk OSIS. Yang bagiku apapun alasan dirinya untuk tidak ikut, aku tidak terlalu peduli. Yang penting diriku bisa mencapai tujuanku.

Selama seminggu, diriku terus berusaha…berusaha…dan berusaha.

Meski melalui tekanan berbagai tekanan dari pengkaderan yang aku lakukan.

Hingga akhirnya, entah karena saking kerasnya usahaku ataupun sebuah keberuntungan. Pada papan mading sekolahku.

Di salah satu kertas dimana tertera nama-nama calon ketua OSIS yang ada.

 Nama “Julan”.

Yakni namaku… tertulis disana.

 Aku terdiam sekaligus tidak percaya. Sebuah pencapaian atau tujuan yang sesungguhnya tidak terlalu— atau malahan tidak kuinginkan.

Mengingat betapa susah dan sulitnya menjadi seorang pemimpin seperti kata salah satu guru Kewarganegaraanku. Kala menceritakan akan tugas dan sikap pemimpin yang seharusnya. Yang membuatku sedikit merasa pesimis dan takut.

Seolah, dibalik kedatangan dewi keberuntungan, dirinya ternyata memberikanku buah terkutuk.

Perasan dilema untuk mundur atau melanjutkan pemilihan meliputi hatiku. Beresiko, tapi aku yakin dapat membuatku menjadi lebih berkembang. Khawatir akan tindakanku ke depannya, namun kurasa dapat kujadikan pelajaran.

Dan pikiran-pikiran yang terus bertolak belakang, yang terus memenuhi pikiranku ketika mengetahuinya. Hingga semua pertanyaan dari pikiranku yang pesimis, dan yang membuatku khawatir dan takut terjawab. Akhirnya aku membulatkan tekadku untuk mengikuti pemilihan ketua OSIS ini.

Kemudian, pada saat pemberitahuan calon ketua OSIS tersebut terpampang juga, Stella mendatangiku.

Wajahnya yang terlihat senang, tapi saat bersamaan juga bercampur keterkejutan dan tidak percaya dari Stella. Akan diriku yang masuk daftar calon ketua OSIS.

“Ternyata kamu masuk OSIS Julan?! Dan malahan, kamu jadi calon ketua OSIS?! Aku sungguh pikir kamu telah berubah Julan!"

“Bukan apa-apa Stella. Lagipunkan, aku yang berubah ini juga… itu karena kamu,” pujiku ke Stella.

“Aku Julan?! Mana ada hubungannya denganku kan Julan...,” ujar Stella merendah.

Menganggap apa yang aku katakan. Baginya mungkin hanyalah sebuah candaan atau pujian-pujian berlebihan ke dirinya. Namun tetap saja bagiku, sekali lagi hal ini semua, yang bisa aku dapatkan berkat dirinya. Berkat Stella. 

“Terserah saja kamu mau percayai Stella atau tidak.”

Stella lalu membalasnya dengan tersenyum senang. Dan melihat senyum yang dilakukannya, yang membuatku saat menatapnya kujadikan Stella sebagai motivasi lainku untuk menjadi ketua OSIS. Dan juga…

“Yang terpenting Julan… Untuk pemilihan nantinya, aku pastinya akan memilihmu Julan.”

 Kata-kata singkat Stella tersebut, yang seketika menjadi sebuah motivasi yang membuatku pada akhirnya menunda menembak Stella. Dan melakukannya apabila aku menjadi ketua OSIS.

 Terdengar sangat berat, namun saat bersamaan juga aku merasa, hal ini bagiku bisa kujadikan sebagai motivasi lainku untuk dapat terpilih menjadi Ketua OSIS.

Dan juga, selain Stella yang langsung mengetahui akan diriku yang menjadi calon ketua OSIS, Ianpun juga tak terkecuali. Namun dari sikapnya kepadaku setelah mengetahuinya, baik itu di sekolah ataupun rumah, seolah tidak mengalami perubahan. Tidak peduli dan mengabaikanku seperti biasanya.

Padahal aku sedikit berharap darinya akan menyikapinya atau melakukan suatu hal atas apa yang aku lakukan ini. Namun sepertinya, dirinya benar-benar keliatan mengabaikannya, dan tetap mengurusi urusannya. Yang aku sendiripun pada akhirnya tidak peduli.

Kemudian selama seminggu sebelum proses pemilihan dilakukan.

Aku mulai membuat visi dan misiku. Menyebarkan poester agar diriku terpilih, dibantu oleh beberapa temanku, termasuk juga Stella. Dan juga berusah berlatih keras dalam berpidato agar menghilangkan rasa gugup yang nantinya akan kurasakan nantinya. Meskipun terlihat dari ekspresi siswa-siswa yang ada, mereka sepertinya acuh kepada sosokku yang sebagai calon ketua OSIS.

Lalu setelah seminggu berlalu.

Dimana diriku saat ini.

Berdiri di atas podium, aku mulai menyampaikan dan menjelaskan visi dan misi yang kubuat.

***

 

Tatapan ragu kala semua orang melihatku di atas podium. Dengan ekspresi mereka yang begitu jelas terlihat di wajah mereka.

Seseorang yang tidak mereka kenal dan terasa asing bagi mereka ini.

 mengingat diriku yang memang tidak pernah berusaha untuk menampilkan diri atau ingin diketahui banyak siswa, sehingga tentunya hal inilah yang terjadi. Ditambah dengan penampilanku yang bahkan sampai sekarang masih saja agak terlihat serampangan.

Yang jadinya hal yang akan membuatku menjadi diketahui banyak orang yakni saudara kembaran Ian, tidak juga terjadi.

“Ummhhh…. Halo semuanya. Perkenalkan namaku adalah Julan. Calon ketua OSIS nomor urut 4,” ucapku dengan suaraku yang refleks seketika meninggi juga masih sedikit terbata-bata akibat gugup yang masih kurasakan..

 Kemudian seketika, Semuanya terdiam setelah aku mengeluarkan kata-kata pembukaku.

 Bukan karena perhatian yang seketika ingin tertuju mendengar akan visi dan misiku. Melainkan karena sebuah suara yang bagi kebanyakan yang mendengarnya terkejut sekaligus bingung.

“Bu-Bukankah itu suaranya Ian?!”

“Benar! Kenapa dia suaranya mirip dengan Ian?!”

Berbagai pembicaraan mengenai suaraku terjadi kala itu yang membuatku terdiam. Solah bagian dari visi misiku adalah suaraku ini yang menjadi perbincangan oleh kebanyakan siswa.

Lihat selengkapnya