Berita saham, yang lebih tepatnya kunonton pagi tadi, tepat sebelumku pergi menjenguk Stella. Dimana pada salah satu beritanya terkait akan perusahaan Alta. Perusahaan dimana Ian bekerja.
Di dalam berita tersebut, kurang lebih memberitahukan harapan yang kurang lebih diinginkan perusahaan.
Yakni keberhasilan perusahaan mereka, dalam menstabilkan nilai saham mereka di pasar saham. Yang bagi setiap individu ataupun kelompok. Baik itu rekan ataupun saingan perusahaan mereka. Memiliki reaksi beda-beda akan situasi ini.
Namun bagiku saat mendengar berita ini, kurang lebih peduliku bukanlah akan keuntungan atau kerugian nilai saham yang ada dari situasi pasar saham ini.
Yang kupedulikan tentunya, hanyalah janji yang dikatakan Ian ke diriku sebelumnya.
***
Tiga hari kemudian…
Melanjutkan kegiatanku selama 3 hari ini. Seperti mengunungi Stella paginya, bekerja pada saat waktunya, kemudian pulang kerja lebih malam karena kesibukanku di tempat kerjaku makin meningkat.
Yang jadinya, dihari kedua, diriku bahkan sampai tidak bisa menjenguk Stella karena terlalu larutku pulang kerja, dan jam besuk rumah sakit sudah selesai.
Yang keesokan paginya, diriku meminta maaf karena tidak mengunjungi Stella kemarin malamnya.
Kurang lebih kegiatan yang biasa kulakukan selama dua minggu lebih ini.
Namun dibanding hari-hari sebelumnya. Selama tiga hari ini, semenjak berita akan nilai saham perusahaan Alta yang menaik dan stabil. Diriku yang dalam kegiatan sehari-hari, juga sembari menunggu Ian menepati janjinya.
Dan hasilnya, benar-benar berbanding terbalik dengan apa yang dijanjikannya.
Tetapi sesuai dengan yang kuperkirakan, mengingat tingkah dan perilaku acuh Ian pada hari itu.
Meskipun pernah terbersit dalam pikiranku. Akan selama tiga hari ini, yang saat diriku tidak ada menemani Stella, Ian kemungkinan sudah datang menjenguk Stella. Seperti yang dilakukannya, sehari setelah Stella dirawat di rumah sakit.
Tetapi…
“Stella….”
“Ian!?”
Panggilan yang seperti biasa Stella lakukan. Dan kali ini dengan nada suaranya yang terdengar makin keras dan rasa khawatir dari biasanya.
Yang saat mendengarnya, cukup memberiku jawaaban akan kedatangan Ian kesini.
Memikirkannya… yang meski telah aku duga Ian akan seperti ini. Tetap saja, sikap dirinya yang mengingkari akan apa yang dikatakannya. Benar-benar membuatku begitu sangat kesal.
“Apa aku harus cuti sekali lagi…?”tanyaku dalam hati akan keadaan yang ada sekarang ini.
Dengan diriku yang mengingat kembali akan keadaan Stella sekarang ini. Dan ditambah dengan Ian yang tidak menepati kata-katanya. Aku lalu berpikir untuk mesti sekali lagi bertindak untuk masalah yang Ian lakukan ini.
Setelah menjenguk Stella, berada di depan rumah sakit. Aku lalu mulai mengambil telpon yang berada dalam sakuku. Dengan niatan menelpon atasanku untuk sekali lagi meminta cuti. Namun bahkan belum aku membuka kontak handphoneku, diriku seketika tersadar akan suatu hal.
Menduga Ian yang mungkin saja sudah memperingatkan customer service maupun security di sana akan diriku. Yang berarti kedatanganku ke sana hanya akan sia-sia.
Memikirkan dugaan tersebut dan menurutku terasa masuk akal, membuatku lalu menyimpan kembali handphoneku dan mengurung niatku untuk mengambil cuti.
Yang kemudian, aku memanggil taksi dan beranjak menuju ke kantor tempatku bekerja.
Sebuah gedung berlantai lima. Dengan bentuk gedung yang sangatlah jauh biasa saja apabila dibandingkan dengan gedung tempat Ian bekerja. Mengingat tempatku pun hanyalah kantor cabang dari perusahaan tempatku bekerja, maka masuk akal kalau keadaan bangunannya cukup biasa saja seperti ini.
Aku kemudian naik ke lantai 3 gedung, lantai di mana lebih tepatnya tempatku bekerja. Tidak menyapa ataupun berbicara dengan rekan kerjaku yang lain, selain langsung menuju ke meja kerjaku yang berada tepat di samping jendela gedung. Menyalakan komputer dan langsung mengerjakan pekerjaanku.
Dengan pekerjaanku yang selama beberapa hari ini makin bertambah tiap harinya. yang membuatku hanya bisa sangat fokus bekerja dan seolah tak ada waktu berhenti kecuali waktu istirahat tiba.
Dan waktu istirahat akhirnya tiba,diriku hanya bisa berehat dengan bersandar di kursi kerjaku sambil memandang ke arah luar.
Melihat pemandangan dan keadaan luar gedung yang begitu hiruk pikuk selayaknya kota megapolitan lainnya.
Mobil berlalu lalang di jalan raya, orang-orang kantoran sepertiku terlihat keluar mencari makan, dan hal lainnya yang biasanya saat waktu istirahat siang.
Mungkin yang paling mencolok dari keadaan luar yang kulihat adalah restoran yang dekat dengan kantorku. Berjarak 2-3 bangunan dari gedung tempatku bekerja, dan sekarang ini terlihat begitu ramai dengan dipenuhi sama orang-orang yang sepertinya sedang menghabiskan jam makan siang mereka di sana.
Suasananya yang nyaman, makanan yang enak, dan belakangan ini lumayan populer. Yang mungkin saja karena itu tempat itu seramai sekarang ini.
“Apa sebaiknya aku makan disana yah…?” gumamku yang berpikiran untuk menghilangkan rasa capek yang kurasakan.